Transendent
oleh: akmal
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Algisy atau menipu adalah fenomena yang berkembang dewasa ini. Fenomena ini kadang dibaca sebagai moral yang terdegradasi sebab menipu pada dasarnya adalah budaya yang berorientasi negatif atau disebutkan juga sebagai akhlak yang tidak terpuji. Sedangkan moralitas jujur/adil, tidak menipu, sebaliknya dianggap sebagai kesejatian sikap, berbeda dengan prilaku menipu yang disebut sebagai sikap yang rendah. Oleh karena itu jika prilaku menipu berkembang dan dianggap sebagai hal yang biasa saja, sesuatu yang tidak menghawatirkan, maka perilaku menipu ini dianggap sebagai budaya yang degradatif.
Salah satu cara untuk menangkal degradasi budaya ini dan menyadarkan masyarakat bahwa prilaku menipu ini adalah moralitas yang rendah, adalah dengan menggali wawasan tentang apa yang dimaksudkan dengan algisy. Menggali tema algisy adalah ikhtiar membongkar permasalahan ini dengan tujuan agar masyarakat mampu memahami sejauhmana algisy tersebut didudukkan sebagai sebuah prilaku, sikap individu, atau kecenderungan psikologi ataukah sebuah fenomena antropologi social budaya dan ekonomi. Upaya ini adalah untuk mengetengahkan atau menghadirkan sebuah sikap pada masyarakat bahwa sesungguhnya prilaku algisy itu adalah kerendahan sikap dan sebaliknya bahwa kejujuran, keadilan adalah sejatinya sikap.
Pembongkaran mengenai apa yang dimaksud algisy, akan dilakukan dalam perspektif hadis nabawi. Lewat media hadis nabi tema tentang algisy, akan ditelusuri melalui teks-teks yang terbentuk di zaman tesebut dengan latar belakang algisy itu sendiri. Oleh karena itu makalah ini akan membahas masalah algisy dalam konteks kajian hadis maudui.
B. Rumusan Masalah
Sistematika makalah ini akan dibahas berdasarkan rumusan masalah yaitu, sejauhmana wacana algisy dalam perspektif hadis nabi? Dengan sub masalah sebagai beikut :
1. Apa yang dimaksud algisy dalam pespektif hadis nabi (tinjauan ontologis)
2. Bagaimana memahami algsy berdasarkan teks-teks hadis nabi (tinjauan epistemologis)
3. Bagaimana seharusnya kontekstualisasi dan implementasi algisy dalam kehidupan (tinjauan axiologis)
C. Defenisi Operasional
Algisy dari akar kata غشش, bahasa Arab yang semakna arti kata menipu/curang dalam bahasa Indonesia. Dalam Tesaurus bahasa Indonesia, kata tipu sepadan dengan; helat, kecoh; daya akal, kecerdikan, kelicikan, makar, muslihat mencurangi, licik, stratagem, tipu muslihat; menipu melabu, membekuk, memberaki, membodohi, membohongi, membuaya (ki), menyengkilit, menyemu. Algisy juga dapat bearti gharar yang mengandung arti ketidakjelasan, tipuan, yakni; Transaksi yang mengandung ketidakjelasan dan/atau tipuan dari salah satu pihak; seperti bai’ ma’dum (jual beli sesuatu yang belum ada barangnya). Dengan demikian algisy atau menipu, secara etimologi berarti, mengecoh, membodohi atau tipu muslihat atau perbuatan yang disengaja untuk menimbulkan kerugian pada pihak lain, misalnya seseorang yang membuat pernyataan palsu, menyembunyikan atau menghilangkan bukti yang penting.
Algisy secara istilah berarti sebuah sikap atau prilaku seseorang atau kelompok yang tercela dan merugikan orang lain yang jika dikaitkan dengan pengertian akhlak, maka dapat ditarik sebuah defenisi istilah yang mengatakan bahwa alqsy adalah sikap atau kerakter yang membuat seseorang melakukan gisy tanpa pertimbangan dan pemikiran sebelumnya. Pengertian tersebut mengandung makna yang berdimensi psikologis yakni sebuah sikap kejiwaan yang ada dalam diri seseorang.
Pengertian inilah yang menjadi defenisi dari makalah ini untuk menelusuri lebih jauh peristiwa algisy di masa nabi. Kasus-kasus yang terjadi atau realitas gisy yang sempat direkam oleh teks hadis akan dilihat dari sudut pandang defenisi tersebut. Apakah ditemukan makna lain dari algisy dari hadis-hadis tesebut, akan dilihat pada konten hadisnya dengan pendekatan ontologis.
D. Metode dan pendekatan
Makalah ini adalah makalah hadis dengan metode maudui (tematik), yaitu membahas hadis berdasarkan tema algisy. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan [1] pendekatan ontologis yaitu mencari hakekat algisy berdasarkan hadis nabawi yang telah ditarjih [2] pendekatan epistemologis yaitu menelusuri sejauh mana hadis nabawi dalam memproduksi wacana algisy (metodologi) [3] pendekatan axiologis yaitu mengurai kontekstualisasi dan implementasi algisy dalam kehidupan kontemporer.

II. PEMBAHASAN
A. Takhij Hadis-hadis Nabawi Tentang Algisy
Secara etimologis, kata takhrij bermakna; [1] istinbath, yakni mengeluarkan dari sumbernya, [2] al-Tadrib, yakni latihan, [3] al-taujih, yakni pengarahan. Dalam kajian ini, makna kata takhrij yang dipergunakan adalah mengeluarkan. Dengan demikian, maka takhrij hadis pada makalah ini adalah kegiatan mengeluarkan atau pencarian hadis yang terkait dengan algisy melalui berbagai kitab-kitab hadis yang mu’tabar sebagai sumber asli hadis tersebut, yang di dalamnya dikemukakan secara lengkap sanad dan matannya.
Makalah ini menggunakan metode takhrijul hadis billafdzi, yakni mencari hadis dengan mempergunakan salah satu atau lebih kata kunci (algisy) yang terdapat dalam matan hadis. Dalam proses mentakhrij hadis- hadis nabi tentang algisy, secara operasional penulis menggunakan kitab al-Mu'jam al-Mufahras li Alfdz al-Hadits oleh A.J. Weinsinck, (Leiden: Maktabah Brill, 1926), J. V, h. 515-518 dan CD digital al- maktabah al-Syamilah, melalui kata gasyasya ,gasyan, gaasya, gasyia dan derivasinya.
Berdasarkan takhrij yang dilakukan, maka penulis menemukan hadis-hadis algisy sebanyak 28 redaksi dengan jumlah 91 hadis berikut ini :
مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
سنن الدارمى - (ج 8 / ص 86) 2596, ; سنن ابن ماجه - (ج 2 / ص 749) 2224; مسند أحمد بن حنبل - (ج 2 / ص 50)5113; مسند أحمد بن حنبل - (ج 2 / ص 417) 9385, مسند أحمد بن حنبل - (ج 3 / ص 466) 15871; صحيح مسلم - (ج 1 / ص 69) 294
غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ
سنن الدارمى - (ج 9 / ص 63) 2852; صحيح مسلم - (ج 1 / ص 87) 380; صحيح مسلم - (ج 6 / ص 9) 4834
إني لم أفعله غشا لرسول الله
مسند أحمد بن حنبل - (ج 3 / ص 350) 14816; مسند أحمد بن حنبل - (ج 3 / ص 166) 12720; مسند أحمد بن حنبل - (ج 2 / ص 19) 4700; مسند أحمد بن حنبل - (ج 2 / ص 51) 5123; سنن النسائي - (ج 6 / ص 435) 3364; مسند أحمد بن حنبل - (ج 6 / ص 219) 25883
إذا غشي أحدكم أهله
مسند أحمد بن حنبل - (ج 3 / ص 28) 11243;
إذا غشي قرية بياتا
مسند أحمد بن حنبل - (ج 3 / ص 236) 13506; مسند أحمد بن حنبل - (ج 3 / ص 237) 13511
الرجل إذا غشي المرأة فسبقها
صحيح البخاري - (ج 3 / ص 1211) 3151, 3699 ، 3723 ، 4210 , 3699
غشيني ضرب في صدري
مسند أحمد بن حنبل - (ج 5 / ص 127) 21209; صحيح مسلم - (ج 2 / ص 202) 1941
فلما غشيها من أمر الله ما غشيها
مسند أحمد بن حنبل - (ج 3 / ص 128) 12323; صحيح مسلم - (ج 1 / ص 99) 429
غشيه النعاس
سنن الترمذي - (ج 5 / ص 229) 3008; صحيح البخاري - (ج 4 / ص 1662) 4286, 3841
مسند أحمد بن حنبل - (ج 4 / ص 29) 16404
غشي عليه فلما أفاق
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 1613) , 4176 ، 4194 ، 4310 ، 5350 ، 5988 ، 6144 , 850 ; مسند أحمد بن حنبل - (ج 6 / ص 89) , ; 24627 ; صحيح مسلم - (ج 7 / ص 137) 6450
حَتَّى غُشِىَ عَلَيْهَا مِنَ الْجَهْدِ
صحيح مسلم - (ج 7 / ص 125) 6391, 6391
فَلَمَّا انْتَصَفَ النَّهَارُ غُشِىَ عَلَيْهِ
سنن الدارمى - (ج 5 / ص 198) 1746, 1816, 4238, 2314; صحيح البخاري - (ج 2 / ص 676) 1816; سنن أبي داود - (ج 1 / ص 707), 2314
وجع أبو موسى وجعا فغشي عليه
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 436), 1234, 298,; صحيح مسلم - (ج 1 / ص 70), 298 ;
فلما غشيناه قال لا إله إلا الله فضربناه
سنن أبي داود - (ج 2 / ص 51) 2643, ; صحيح البخاري - (ج 4 / ص 1555), 4021, 6478 ; صحيح مسلم - (ج 1 / ص 68), 288
تِلْكَ امْرَأَةٌ يَغْشَاهَا أَصْحَابِي
سنن النسائي - (ج 6 / ص 383), 3245 ; سنن أبي داود - (ج 1 / ص 695), 2284 ; مسند أحمد بن حنبل - (ج 6 / ص 412), 27368 ; صحيح مسلم - (ج 4 / ص 195), 3770 ; موطأ مالك - (ج 4 / ص 836), 2155
فلا يغشنا في مسجدنا
مسند أحمد بن حنبل - (ج 3 / ص 380), 15111 ; صحيح مسلم - (ج 2 / ص 80), 1283
ما لم تغش الكبائر
سنن ابن ماجه - (ج 1 / ص 345), 1086 ; سنن الترمذي - (ج 1 / ص 418), 214; مسند أحمد بن حنبل - (ج 2 / ص 484), 10290 ; صحيح مسلم - (ج 1 / ص 144), 572
فاغشنا به في مجالسنا
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 1663), 4290, 2825
حتى تجلاني الغشي
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 312), 880 ; صحيح البخاري - (ج 1 / ص 358), 1005 ; مسند أحمد بن حنبل - (ج 6 / ص 345), 26970; صحيح مسلم - (ج 3 / ص 32), 2141 ; موطأ مالك - (ج 2 / ص 263), 643
فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ وَجَدَهُ فِى غَشِيَّةٍ
صحيح مسلم - (ج 3 / ص 40), 2176 ;
وتغشاني ما شاء الله
صحيح البخاري - (ج 6 / ص 2447), 6262
لما ثقل النبي صلى الله عليه و سلم جعل يتغشاه
صحيح البخاري - (ج 4 / ص 1619), 4193
والنبي صلى الله عليه و سلم متغش بثوبه
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 335), 944 ; صحيح البخاري - (ج 3 / ص 1298), 3337
فوجده في غاشية أهله
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 439), 1242
فخرت مغشيا عليها
صحيح البخاري - (ج 3 / ص 1239), 3208 ; مسند أحمد بن حنبل - (ج 6 / ص 367), 27115 ; صحيح مسلم - (ج 7 / ص 152), 6513
Dari hadis-hadis tersebut lalu pemakalah melakukan klasifikasi dan menampilkan beberapa hadis algisy yang penulis anggap penting berikut ini:
1. Redaksi (penipu bukan golonganku) مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ – وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَارِىُّ ح وَحَدَّثَنَا أَبُو الأَحْوَصِ مُحَمَّدُ بْنُ حَيَّانَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِى حَازِمٍ كِلاَهُمَا عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلاَحَ فَلَيْسَ مِنَّا وَمَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا » .
2. Redaksi غَاشٌّ لِرَعِيَّتِه (Pemimpin yang menipu)
وَحَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو الأَشْهَبِ عَنِ الْحَسَنِ قَالَ عَادَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ مَعْقِلَ بْنَ يَسَارٍ الْمُزَنِىَّ فِى مَرَضِهِ الَّذِى مَاتَ فِيهِ فَقَالَ مَعْقِلٌ إِنِّى مُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- لَوْ عَلِمْتُ أَنَّ لِى حَيَاةً مَا حَدَّثْتُكَ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ » .
3. Redaksi إني لم أفعله غشا لرسول الله (sesunguhnya saya tidak menipu rasul)

– حدثنا عبد الله حدثني أبي حدثنا حجين ويونس قالا ثنا الليث بن سعد عن أبي الزبير عن جابر بن عبد الله أن حاطب بن أبي بلتعة كتب إلى أهل مكة يذكر : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم أراد غزوهم فدل رسول الله صلى الله عليه و سلم على المرأة التي معها الكتاب فأرسل إليها فأخذ كتابها من رأسها وقال يا حاطب أفعلت قال نعم أما إني لم أفعله غشا لرسول الله وقال يونس غشا يا رسول الله ولا نفاقا قد علمت أن الله مظهر رسوله ومتم له أمره غير إني كنت عزيزا بين ظهريهم وكانت والدتي منهم فأردت أن أتخذ هذا عندهم فقال له عمر إلا أضرب رأس هذا قال أتقتل رجلا من أهل بدر ما يدريك لعل الله عز و جل قد اطلع على أهل بدر فقال اعملوا ما شئتم
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط مسلم
4. Redaksi لا أجد في نفسي لأحد من المسلمين غشا
مسند أحمد بن حنبل – (ج 3 / ص 166)
– حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا عبد الرزاق ثنا معمر عن الزهري قال أخبرني أنس بن مالك قال كنا جلوسا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال : يطلع عليكم الآن رجل من أهل الجنة فطلع رجل من الأنصار تنطف لحيته من وضوئه قد تعلق نعليه في يده الشمال فلما كان الغد قال النبي صلى الله عليه و سلم مثل ذلك فطلع ذلك الرجل مثل المرة الأولى فلما كان اليوم الثالث قال النبي صلى الله عليه و سلم مثل مقالته أيضا فطلع ذلك الرجل على مثل حاله الأولى فلما قام النبي صلى الله عليه و سلم تبعه عبد الله بن عمرو بن العاص فقال اني لاحيت أبي فأقسمت أن لا أدخل عليه ثلاثا فان رأيت ان تؤويني إليك حتى تمضي فعلت قال نعم قال أنس وكان عبد الله يحدث انه بات معه تلك الليالي الثلاث فلم يره يقوم من الليل شيئا غير انه إذا تعار وتقلب على فراشه ذكر الله عز و جل وكبر حتى يقوم لصلاة الفجر قال عبد الله غير اني لم أسمعه يقول الا خيرا فلما مضت الثلاث ليال وكدت ان احتقر عمله قلت يا عبد الله اني لم يكن بيني وبين أبي غضب ولا هجر ثم ولكن سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول لك ثلاث مرار يطلع عليكم الآن رجل من أهل الجنة فطلعت أنت الثلاث مرار فأردت ان آوي إليك لأنظر ما عملك فاقتدى به فلم أرك تعمل كثير عمل فما الذي بلغ بك ما قال رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال ما هو الا ما رأيت قال فلما وليت دعاني فقال ما هو الا ما رأيت غير اني لا أجد في نفسي لأحد من المسلمين غشا ولا أحسد أحدا على خير أعطاه الله إياه فقال عبد الله هذه التي بلغت بك وهى التي لا نطيق
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط الشيخين
5. Redaksi أما إني لست بأغشهم لك
– حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يحيى عن شعبة حدثني سماك بن حرب عن مصعب بن سعد أن ناسا دخلوا على بن عامر في مرضه فجعلوا يثنون عليه فقال بن عمر أما إني لست بأغشهم لك سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : إن الله تبارك وتعالى لا يقبل صدقة من غلول ولا صلاة بغير طهور
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح لغيره وهذا إسناد حسن
6. Redaksi غَشِيَ جَارِيَةً لِامْرَأَتِهِ
– أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَزِيعٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ قَالَ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْمُحَبَّقِ أَنَّ رَجُلًا غَشِيَ جَارِيَةً لِامْرَأَتِهِ فَرُفِعَ ذَلِكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنْ كَانَ اسْتَكْرَهَهَا فَهِيَ حُرَّةٌ مِنْ مَالِهِ وَعَلَيْهِ الشَّرْوَى لِسَيِّدَتِهَا وَإِنْ كَانَتْ طَاوَعَتْهُ فَهِيَ لِسَيِّدَتِهَا وَمِثْلُهَا مِنْ مَالِه ِ
7. Redaksi إذا غشي أحدكم أهله
– حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا محاضر بن المورع ثنا عاصم بن سليمان عن أبي المتوكل عن أبي سعيد الخدري عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : إذا غشي أحدكم أهله ثم أراد أن يعود فليتوضأ وضوءه للصلاة
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح وهذا إسناد حسن
8. Redaksi إذا غشي قرية بياتا
– حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يعقوب ثنا أبي عن محمد بن إسحاق قال محمد حدثني يحيى بن الحرث الجابر قال حدثني حميد الطويل عن أنس بن مالك الأنصاري : ان رسول الله صلى الله عليه و سلم كان إذا غشي قرية بياتا لم يغر حتى يصبح فان لم يسمع تأذينا للصلاة أغار
تعليق شعيب الأرنؤوط : حديث صحيح وهذا إسناد حسن من أجل محمد بن إسحاق

9. الرجل إذا غشي المرأة فسبقها

- حدثنا محمد بن سلام أخبرنا الفزاري عن حميد عن أنس
رضي الله عنه قال : بلغ عبد الله بن سلام مقدم رسول الله صلى الله عليه و سلم المدينة فأتاه فقال إني سائلك عن ثلاث لا يعلمهن إلا نبي ما أول أشراط الساعة وما أول طعام يأكله أهل الجنة ومن أي شيء ينزع الولد إلى أبيه ومن أي شيء ينزع إلى أخواله ؟ فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( خبرني بهن آنفا جبريل ) . قال فقال عبد الله ذاك عدو اليهود من الملائكة فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( أما أول أشراط الساعة فنار تحشر الناس من المشرق إلى المغرب وأما أول طعام يأكله أهل الجنة فزيادة كبد الحوت وأما الشبه في الولد فإن الرجل إذا غشي المرأة فسبقها ماؤه كان الشبه له وإذا سبق ماؤها كان الشبه لها ) . قال أشهد أنك رسول الله ثم قال يا رسول الله إن اليهود قوم بهت إن علموا بإسلامي قبل أن تسألهم بهتوني عندك فجاءت اليهود ودخل عبد الله البيت فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( أي رجل فيكم عبد الله بن سلام ) . قالوا أعلمنا وابن أعلمنا وأخيرنا وابن أخيرنا فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( أفرأيتم إن أسلم عبد الله ) . قالوا أعاذه الله من ذلك فخرج عبد الله إليهم فقال أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا رسول الله فقالوا شرنا وابن شرنا ووقعوا فيه
10. Redaksi غشيني ضرب في صدري
- حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يحيى بن سعيد عن إسماعيل بن أبي خالد حدثني عبد الله بن عيسى عن عبد الرحمن بن أبي ليلى عن أبي بن كعب قال : كنت في المسجد فدخل رجل فقرأ قراءة أنكرتها عليه ثم دخل آخر فقرأ قراءة سوى قراءة صاحبه فقمنا جميعا فدخلنا على رسول الله صلى الله عليه و سلم فقلت يا رسول الله ان هذا قرأ قراءة أنكرتها عليه ثم دخل هذا فقرأ قراءة غير قراءة صاحبه فقال لهما النبي صلى الله عليه و سلم اقرأا فقرأا قال أصبتما فلما قال لهما النبي صلى الله عليه و سلم الذي قال كبر على ولا إذ كنت في الجاهلية فلما رأى الذي غشيني ضرب في صدري ففضت عرقا وكأنما أنظر إلى الله تبارك وتعالى فرقا فقال يا أبي ان ربي تبارك وتعالى أرسل إلى أن اقرأ القرآن على حرف فرددت إليه ان هون على أمتي فأرسل إلى أن اقرأه على حرفين فرددت إليه ان هون على أمتي فأرسل إلى أن اقرأه على سبعة أحرف ولك بكل ردة مسألة تسألنيها قال قلت اللهم اغفر لأمتي اللهم اغفر لأمتي وأخرت الثالثة ليوم يرغب إلى فيه الخلق حتى إبراهيم صلى الله عليه و سلم
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط الشيخين
11. Redaksi فلما غشيها من أمر الله ما غشيها
- حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا محمد بن أبي عدي عن حميد عن أنس قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : انتهيت إلى السدرة فإذا نبقها مثل الجرار وإذا ورقها مثل آذان الفيلة فلما غشيها من أمر الله ما غشيها تحولت ياقوتا أو زمردا أو نحو ذلك
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط الشيخين
12. Redaksi غشيه النعاس
- حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا يونس ثنا شيبان وحسين في تفسير شيبان عن قتادة قال وثنا أنس بن مالك : ان أبا طلحة قال غشينا النعاس ونحن في مصافنا يوم بدر قال أبو طلحة وكنت فيمن غشيه النعاس يومئذ فجعل سيفي يسقط من يدي وآخذه ويسقط وآخذه قال
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط الشيخين
13. Redaksi غشي عليه فلما أفاق
- حدثنا أبو اليمان أخبرنا شعيب عن الزهري أخبرني عروة ابن الزبير أن عائشة قالت
: كان رسول الله صلى الله عليه و سلم وهو صحيح يقول ( إنه لم يقبض نبي قط حتى يرى مقعده في الجنة ثم يحيا أو يخير ) . فلما اشتكى وحضره القبض ورأسه على فخذ عائشة غشي عليه فلما أفاق شخص بصره نحو سقف البيت ثم قال ( اللهم في الرفيق الأعلى ) . فقلت إذا لا يجاورنا فعرفت أنه حديثه الذي كان يحدثنا وهو صحيح
14. Redaksi حَتَّى غُشِىَ عَلَيْهَا مِنَ الْجَهْدِ

- حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالاَ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا سِمَاكُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنِى مُصْعَبُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ نَزَلَتْ فِيهِ آيَاتٌ مِنَ الْقُرْآنِ - قَالَ - حَلَفَتْ أُمُّ سَعْدٍ أَنْ لاَ تُكَلِّمَهُ أَبَدًا حَتَّى يَكْفُرَ بِدِينِهِ وَلاَ تَأْكُلَ وَلاَ تَشْرَبَ. قَالَتْ زَعَمْتَ أَنَّ اللَّهَ وَصَّاكَ بِوَالِدَيْكَ وَأَنَا أُمُّكَ وَأَنَا آمُرُكَ بِهَذَا. قَالَ مَكَثَتْ ثَلاَثًا حَتَّى غُشِىَ عَلَيْهَا مِنَ الْجَهْدِ فَقَامَ ابْنٌ لَهَا يُقَالُ لَهُ عُمَارَةُ فَسَقَاهَا فَجَعَلَتْ تَدْعُو عَلَى سَعْدٍ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِى الْقُرْآنِ هَذِهِ الآيَةَ
15. Redaksi فَلَمَّا انْتَصَفَ النَّهَارُ غُشِىَ عَلَيْه
- حدثنا عبيد الله بن موسى عن إسرائيل عن أبي إسحق عن البراء رضي الله عنه قال
: كان أصحاب محمد صلى الله عليه و سلم إذا كان الرجل صائما فحضر الإفطار فنام قبل أن يفطر لم يأكل ليلته ولا يومه حتى يمسي وإن قيس بن صرمة الأنصاري كان صائما فلما حضر الإفطار أتى امرأته فقال لها أعندك طعام ؟ . قالت لا ولكن أنطلق فأطلب لك وكان يومه يعمل فغلبته عيناه فجاءته امرأته فلما رأته قالت خيبة لك فلما انتصف النهار غشي عليه فذكر ذلك للنبي صلى الله عليه و سلم فنزلت هذه الآية { أحل لكم ليلة الصيام الرفث إلى نسائكم } . ففرحوا بها فرحا شديدا ونزلت { وكلوا واشربوا حتى يتبين لكم الخيط الأبيض من الخيط الأسود }
16. Redaksi وجع أبو موسى وجعا فغشي عليه
- حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ مُوسَى الْقَنْطَرِىُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ أَنَّ الْقَاسِمَ بْنَ مُخَيْمِرَةَ حَدَّثَهُ قَالَ حَدَّثَنِى أَبُو بُرْدَةَ بْنُ أَبِى مُوسَى قَالَ وَجِعَ أَبُو مُوسَى وَجَعًا فَغُشِىَ عَلَيْهِ وَرَأْسُهُ فِى حَجْرِ امْرَأَةٍ مِنْ أَهْلِهِ فَصَاحَتِ امْرَأَةٌ مِنْ أَهْلِهِ فَلَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَرُدَّ عَلَيْهَا شَيْئًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ أَنَا بَرِىءٌ مِمَّا بَرِئَ مِنْهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بَرِئَ مِنَ الصَّالِقَةِ وَالْحَالِقَةِ وَالشَّاقَّةِ .
17. Redaksi فلما غشيناه قال لا إله إلا الله فضربناه
حدثني عمرو بن محمد حدثنا هشيم أخبرنا حصين أخبرنا أبو ظبيان قال سمعت أسامة بن زيد رضي الله عنهما يقول بعثنا رسول الله صلى الله عليه و سلم إلى الحرقة فصبحنا القوم فهزمناهم ولحقت أنا ورجل من الأنصار رجلا منهم فلما غشيناه قال لا إله إلا الله فكف الأنصاري عنه فطعنته برمحي حتى قتلته فلما قدمنا بلغ النبي صلى الله عليه و سلم فقال ( يا أسامة أقتلته بعد ما قال لا إله إلا الله ) . قلت كان متعوذا فما زال يكررها حتى تمنيت أني لم أكن أسلمت قبل ذلك اليوم
18. Redaksi تِلْكَ امْرَأَةٌ يَغْشَاهَا أَصْحَابِي

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ مَوْلَى الأَسْوَدِ بْنِ سُفْيَانَ عَنْ أَبِى سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ قَيْسٍ أَنَّ أَبَا عَمْرِو بْنَ حَفْصٍ طَلَّقَهَا الْبَتَّةَ وَهُوَ غَائِبٌ فَأَرْسَلَ إِلَيْهَا وَكِيلُهُ بِشَعِيرٍ فَسَخِطَتْهُ فَقَالَ وَاللَّهِ مَا لَكِ عَلَيْنَا مِنْ شَىْءٍ. فَجَاءَتْ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَذَكَرَتْ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ « لَيْسَ لَكِ عَلَيْهِ نَفَقَةٌ ». فَأَمَرَهَا أَنْ تَعْتَدَّ فِى بَيْتِ أُمِّ شَرِيكٍ ثُمَّ قَالَ « تِلْكَ امْرَأَةٌ يَغْشَاهَا أَصْحَابِى اعْتَدِّى عِنْدَ ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ فَإِنَّهُ رَجُلٌ أَعْمَى تَضَعِينَ ثِيَابَكِ فَإِذَا حَلَلْتِ فَآذِنِينِى ». قَالَتْ فَلَمَّا حَلَلْتُ ذَكَرْتُ لَهُ أَنَّ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِى سُفْيَانَ وَأَبَا جَهْمٍ خَطَبَانِى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَمَّا أَبُو جَهْمٍ فَلاَ يَضَعُ عَصَاهُ عَنْ عَاتَقِهِ وَأَمَّا مُعَاوِيَةُ فَصُعْلُوكٌ لاَ مَالَ لَهُ انْكِحِى أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ » .
19. Redaksi فلا يغشنا في مسجدنا

وَحَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ ح قَالَ وَحَدَّثَنِى مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالاَ جَمِيعًا أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ بِهَذَا الإِسْنَادِ « مَنْ أَكَلَ مِنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ - يُرِيدُ الثُّومَ - فَلاَ يَغْشَنَا فِى مَسْجِدِنَا ». وَلَمْ يَذْكُرِ الْبَصَلَ وَالْكُرَّاثَ .
20. Redaksi ما لم تغش الكبائر
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِىُّ بْنُ حُجْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ إِسْمَاعِيلَ - قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ - أَخْبَرَنِى الْعَلاَءُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَعْقُوبَ مَوْلَى الْحُرَقَةِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الصَّلاَةُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ » .
21. Redaksi فاغشنا به في مجالسنا
حدثنا أبو اليمان أخبرنا شعيب عن الزهري قال أخبرني عروة بن الزبير أن أسامة بن زيد رضي الله عنهما أخبره : أن رسول الله صلى الله عليه و سلم ركب على حمار على قطيفة فدكية وأردف أسامة بن زيد وراءه يعود سعد بن عبادة في بني الحارث بن الخزرج قبل وقعة بدر . قال حتى مر بمجلس فيه عبد الله بن أبي ابن سلول وذلك قبل أن يسلم عبد الله بن أبي فإذا في المجلس أخلاط من المسلمين والمشركين عبدة الأوثان واليهود والمسلمين وفي المجلس عبد الله بن رواحة فلما غشيت المجلس عجاجة الدابة خمر عبد الله بن أبي أنفه بردائه ثم قال لا تغبروا علينا فسلم رسول الله صلى الله عليه و سلم عليهم ثم وقف فنزل فدعاهم إلى الله وقرأ عليهم القرآن فقال عبد الله بن أبي ابن سلول أيها المرء إنه لا أحسن مما تقول إن كان حقا فلا تؤذنا به في مجالسنا ارجع إلى رحلك فمن جاءك فاقصص عليه . فقال عبد الله ابن رواحة بلى يا رسول الله فاغشنا به في مجالسنا فإنا نحب ذلك .
22. Redaksi حتى تجلاني الغشي
حدثنا عبد الله بن يوسف قال أخبرنا مالك عن هشام بن عروة عن امرأته فاطمة بنت المنذر عن أسماء بنت أبي بكر رضي الله عنهما أنها قالت : أتيت عائشة رضي الله عنها زوج النبي صلى الله عليه و سلم حين خسفت الشمس فإذا الناس قيام يصلون وإذا هي قائمة تصلي فقلت ما الناس ؟ فأشارت بيدها إلى السماء وقالت سبحان الله . فقلت آية ؟ فأشارت أي نعم . قالت فقمت حتى تجلاني الغشي فجعلت أصب فوق رأسي الماء فلما انصرف رسول الله صلى الله عليه و سلم حمد الله وأثنى عليه ثم قال ( نا من شييء كنت لم أره إلا قد رأيته في مقامي هذا حتى الجنة والنار ولقد أوحي إلي أنكم تفتنون في القبور مثل أو قريبا من - فتنة الدجال لاأدري أيتهما قالت أسماء يؤتى أحدكم فيقال له ما علمك بهذا الرجل ؟ فأما المؤمن أو الموقن لاأدري أي ذلك قالت أسماء فيقول محمد رسول الله صلى الله عليه و سلم جاءنا بالبينات والهدى فأجبنا وآمنا واتبعنا فيقال له نم صالحا فقد علمنا إن كنت لموقنا وأما المنافق أو المرتاب لا أدري أيتهما قالت أسماء فيقول لاأدري سمعت الناس يقولون شيئا فقلته )
23. Redaksi فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ وَجَدَهُ فِى غَشِيَّةٍ
حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الأَعْلَى الصَّدَفِىُّ وَعَمْرُو بْنُ سَوَّادٍ الْعَامِرِىُّ قَالاَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِى عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْحَارِثِ الأَنْصَارِىِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ اشْتَكَى سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ شَكْوَى لَهُ فَأَتَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَعُودُهُ مَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ وَسَعْدِ بْنِ أَبِى وَقَّاصٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ وَجَدَهُ فِى غَشِيَّةٍ فَقَالَ « أَقَدْ قَضَى ». قَالُوا لاَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَبَكَى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَلَمَّا رَأَى الْقَوْمُ بُكَاءَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بَكَوْا فَقَالَ « أَلاَ تَسْمَعُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ الْعَيْنِ وَلاَ بِحُزْنِ الْقَلْبِ وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهَذَا - وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ - أَوْ يَرْحَمُ » .
24. Redaksi وتغشاني ما شاء الله
حدثنا عمر بن حفص حدثنا أبي حدثنا الأعمش عن المعرور عن أبي ذر قال : انتهيت إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم وهو يقول في ظل الكعبة ( هم الأخسرون ورب الكعبة هم الأخسرون ورب الكعبة ) . قلت ما شأني أيرى في شيء ما شأني ؟ فجلست إليه وهو يقول فما استطعت أن أسكت وتغشاني ما شاء الله فقلت من هم بأبي أنت وأمي يا رسول الله ؟ قال ( الأكثرون أموالا إلا من قال هكذا وهكذا وهكذا )
25. Redaksi لما ثقل النبي صلى الله عليه و سلم جعل يتغشاه
حدثنا سليمان بن حرب حدثنا حماد عن ثابت عن أنس قال لما ثقل النبي صلى الله عليه و سلم جعل يتغشاه فقالت فاطمة عليها السلام واكرب أباه فقال لها ( ليس على أبيك كرب بعد اليوم ) . فلما مات قالت يا أبتاه أجاب ربا دعاه يا أبتاه من جنة الفردوس مأواه يا أبتاه إلى جبريل ننعاه . فلما دفن قالت فاطمة عليها السلام يا أنس أطابت أنفسكم أن تحثوا على رسول الله صلى الله عليه و سلم التراب
26. Redaksi والنبي صلى الله عليه و سلم متغش بثوبه

صحيح البخاري - (ج 1 / ص 335)
944 - حدثنا يحيى بن بكر قال حدثنا الليث عن عقيل عن ابن شهاب عن عروة عن عائشة
: أن أبا بكر رضي الله عنه دخل عليها وعندها جاريتان في أيام منى تدففان وتضربان والنبي صلى الله عليه و سلم متغش بثوبه فانتهزهما أبو بكر فكشف النبي صلى الله عليه و سلم عن وجهه فقال ( دعهما يا أبا بكر فإنها أيام عيد وتلك الأيام أيام منى )
27. Redaksi فوجده في غاشية أهله
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 439)
1242 - حدثنا أصبغ عن ابن وهب قال أخبرني عمرو عن سعيد بن الحارث الأنصاري عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : اشتكى سعد بن عبادة شكوى له فأتاه النبي صلى الله عليه و سلم يعوده مع عبد الرحمن بن عوف وسعد بن أبي وقاص وعبد الله بن مسعود رضي الله عنهم فلما دخل عليه فوجده في غاشية أهله فقال ( قد قضى ) . قالوا لا يا رسول الله فبكى النبي صلى الله عليه و سلم فلما رأى القوم بكاء النبي صلى الله عليه و سلم بكوا فقال ( ألا تسمعون إن الله لا يعذب بدمع العين ولا بحزن القلب ولكن يعذب بهذا - وأشار إلى لسانه - أو يرحم وإن الميت يعذب ببكاء أهله عليه ) وكان عمر رضي الله عنه يضرب فيه بالعصا ويرمي بالحجارة ويحثي بالتراب
28. Redaksi فخرت مغشيا عليها
حدثنا محمد بن سلام أخبرنا ابن فضيل حدثنا حصين عن سفيان عن مسروق قال سألت أم رومان وهي أم عائشة عما قيل فيها ما قيل قالت : بينما أنا مع عائشة جالستان إذ ولجت علينا امرأة من الأنصار وهي تقول فعل الله بفلان وفعل قالت فقلت لم ؟ قالت إنه نما ذكر الحديث فقالت عائشة أي حديث ؟ فأخبرتها . قالت فسمعه أبو بكر ورسول الله صلى الله عليه و سلم ؟ قالت نعم فخرت مغشيا عليها فما أفاقت إلا وعليها حمى بنافض فجاء النبي صلى الله عليه و سلم فقال ( ما لهذه ) . قلت حمى أخذتها من أجل حديث تحدث به فقعدت فقالت والله لئن حلفت لا تصدقونني ولئن اعتذرت لا تعذرونني فمثلي ومثلكم كمثل يعقوب وبنيه فالله المستعان على ما تصفون . فانصرف النبي صلى الله عليه و سلم فأنزل الله ما أنزل فأخبرها فقالت بحمد الله لا بحمد أحد
B. Hakekat Algisy dalam Perspektif Hadis Nabawi (Tinjauan ontologis)
Secara etimologi, ontologis berarti sesuatu yang sangat hakekat. dalam makalah ini pendekatan ontologis, berarti sebuah pendekatan yang menukik atau inti tentang apa yang dimaksudkan dengan algisy. Untuk menemukan hakekat algisy maka pembahasannya akan menelusuri makna-makna algsy yang dikandung dalam matan hadis-hadis nabi yang telah ditarjih.
Hadis-hadis nabi tentang algisy, menunjukkan satu makna yang terhimpun berdasarkan teks hadis dan konteksnya. Hal ini dapat dilacak berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :
1. Penipu Bukan Golonganku مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا (redaksi 1)
Hadis ini menunjukkan makna bahwa prilaku menipu itu bukanlah sikap dari golongan nabi Muhammad Saw. Jika sedemikian berat implikasi kata-kata tersebut maka dapat dipahami bahwa menipu itu adalah sikap yang kandungannya bisa mengeluarkan kita dari status bukan lagi golongan Muhammad.
Ungkapan ‘golongan Muhammad’ mencakup dimensi yang sangat luas dan dalam. Dimensi keberislaman yang di dalamnya tercipta hubungan antara yang propan dan yang kudus, antara manusia dengan manusia, antara mahluk dengan mahluk adalah sebuah kesatuan yang utuh yang dapat saja dengan mudah terberai hanya dengan sikap gisy atau kecurangan yang dilakukan oleh seseorang.
2. Pemimpin yang Menipu غَاشٌّ لِرَعِيَّتِه (redaksi 2)
Hadis ini memperingati pemimpin akan tanggung jawab dan amanahnya terhadap masyarakat. Jika lalai dari hal tersebut maka dalam hadis ini diancam dengan mengharamkan surga terhadapnya. Hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin, idealnya adalah hubungan yang egaliter, transparan, dan pemenuhan akan hak serta kewajiban antara keduanya. Jika salah satu hal tersebut berjalan tidak harmonis maka, pemimpin rentan dikatakan telah melakukan gisy. Makna gisy pada hadis ini lebih luas jika makna memimpin itu masuk dalam kategori zaman sekarang. Pemimpin negara, pemimpin patai politik, pemimpin perusahaan dan lainnya. Seorang pemimpin negara memiliki celah berbuat gisy karena kotegori sistemik untuk meraih tampuk kekuasaan akan melibatkan janji-janji politik, kampanye, pertarungan elit partai yang kesemuanya rentan dengan kecurangan. Makna gisy dalam hadis ini dapat digeneralisasi dan diabstraksi atau dilakukan silogisme untuk mencakup kategori yang lebih luas.
3. Saya ini tidak menipu kalian أما إني لست بأغشهم لك (redaksi 3)
Hadis mengisahkan tentang seorang yang seakan berpura-pura sakit. Lalu dia berkata bahwa nabi pernah berkata bahwa sesungguhnya Allah tidak akan menerima sadakah seseorang yang berlebihan (berpura/menipu) dan tidak sah shalat seseorang bagi yang tidak suci. Kotegori menipu dalam hadis ini adalah kategori yang menunjukkan sebuah keadaan yang lain dari keadaan yang sesungguhnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada intinya menipu itu adalah sikap yang bisa mengugurkan kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh seseorang.
4. Saya tidak mendapati dalam diriku kepada seesorang dari kaum muslimin menipu لا أجد في نفسي لأحد من المسلمين غشا (edaksi 4)
Hadis ini lebih pada sebuah pernyataan tentang pentingnya algisy di nyatakan sebagai sikap yang tercela dan tidak seharusnya seorang muslim melakukan hal tersebut. Hadis ini mempelihatkan keutamaan sikap jujur dan pentingnya sikap keikhlasan manusia. Bahkan seakan-akan dua sikap tersebut jauh lebih penting dibandingkan dengan ibadah sunnah, semisal shalat malam.
Seseorang yang dijamin masuk surge oleh nabi Muhammad hanya karena dua hal yang utama pada dirinya, tidak pernah iri dan tidak pernah menipu, menunjukkan betapa mulainya sikap tidak iri dan sikap tidak menipu orang lain. Sikap ini adalah cerminan social yang sehat dan menunjukkan kedudukan akhlak yang sangat penting dalam Islam.
5. Makna lain
Hadis redaksi 7 إذا غشي أحدكم أهله, kata gasyia dalam redaksi ini bemakna suami menggauli istrinya. Hadis redaksi فلما غشيناه قال لا إله إلا الله فضربناه 17 kata gasysynaahu berarti mengintrogasi. Hadis redaksi 19 فلا يغشنا في مسجدنا kata yagsya bermakna mendekati. Hadis redaksi 20 ما لم تغش الكبائر, kata tugsya bermakna melakukan.
Makna ontologis algisy
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penelusuran makna algisy tiba pada kesimpulan bahwa secara ontologism algisy dalam persektif hadis nabawi adalah sebuah sikap atau tingka laku seseorang yang bernilai buruk sebagai lawan kata dari baik. Secara dasar algisy adalah nilai yang telah diikat dengan konotasi negative. Dari sekian hadis algisy yang ditahrij semuanya menunjukkan makna teks yang mengarah pada sikap yang tidak baik. Berdasarkan konteksnya, hadis mengenai algisy juga menunjukkan kasus-kasus yang mengarah pada konotasi buruk atau ahklak yang buruk. Algisy sendiri bermakna curang atau menipu yang merugikan orang lain yang merusak tatanan social masyarakat.
C. Memahami Algisy Berdasarkan Hadis (Tinjauan epistemologis)
Tinjauan epistemologis dalam makalah ini adalah meneliti model teks (hadis) dalam memproduksi wacana algisy dan sejauhmana relevansi makna yang dihasilkan teks dan realitasnya.
Teks hadis adalah bagian dari usaha yang bertujuan untuk menjelaskan makna-makna ayat-ayat yang termaktub di dalam Alquan dan kejadian-kejadian yang terekam pada masa-masa tertentu. Tentu dalam memaknai beberapa teks tersebut, tetap dibutuhkan interpetasi atau tafsir, bahkan mungkin “pen-takwilan”¬, walaupun bahan-bahan interpretasinya, pada mulanya diambil dengan jalan periwayatan. Dari periwayatan ini, beberapa cara atau metodologi-pendekatan yang ditemukan lalu berkembang dan dirumuskan oleh para pakar yang bergiat dibidang keilmuan ini. Metode yang dimaksud antara lain medote sejarah dan filsafat bahasa (hermeneutika, kajian teks dll).
Sejak wafatnya Nabi Muhammad hingga kini kegiatan “membongkar” makna hadisnya tidak pernah sepi dicatat oleh zaman. Masa khalifah, sesudah nabi Muhammad SAW, adalah era dimana digambarkan, sebagai awal dari zaman interpretasi kaum muslimin terhadap apa yang berkenaan dengan hadis bahkan, hatta kitab suci Al-Qur’an. Setelah nabi Muhmmad Saw wafat, otomatis segala persoalan keagamaan terlepas dari otoritas beliau. Sehinggah mau tak mau sahabat diharuskan melanjutkan otoritas ini. Tentu saja dengan beberapa situasi yang berbeda. Dianggkatnya Abu bakar menjadi khalifah kaum muslimin, sebagai pengganti nabi, tidak serta merta memberikan otoritas sepenuhnya seperti dengan keluasan otoritas Muhamad Saw yang digantikannya. Hingga kebijakan-kebijakan yang lahir, terutama menyangkut issu kevalidan sebuah makna menjadi sedikit beraneka. Masing-masing sahabat dalam menafsirkan sesuatu, mempunyai coraknya tersendiri. Kondisi ini tentu dikembangkan dengan beberapa hal, antara lain kondisi social politik dan geografis kewilayahan.
Persoalan algisy atau menipu adalah fenomena social budaya yang direkam pada masa tertentu. Artinya fenomena ini terbatas menjadi sederhana sesuai dengan kebenaran zamannya. Dari kumpulan hadis yang ditarjih, dapat ditemukan kasus algisy yang sederhana tersebut yang secara normative, meskipun sederhana tapi telah mampu menjelma makna algisy secara ontologism, bahwa cerminan sikap Algisy tersebut adalah sebuah nilai negative.
Interaksi social yang terjadi pada masa Nabi tidak sekomplex dengan yang terjadi di zaman modern. Rekam teks atas realitas di masa tersebut juga pasti terbatas (realitas partikuler). Sebab tidak mungkin meng-teskan sesuatu tanpa ada kejadian historisnya (realitasnya). Oleh karena itu hadis-hadis yang diajukan sebagai pabrik yang memproduksi wacana algisy akan terbatas pada kasus tertentu. Sedang di sisi lain aksi algisy adalah realitas yang terus-menerus berkembang dan dinamis. Persinggungan antara teks-bahasa dan realitas diungkapkan oleh Nasr Abu Hamid sebagai berikut :

Realitas tak terhingga jumlahnya. Realitas senantiasa bergerak dan mengalir terus. Sementara itu teks disisi lain, meskipun terbatas tapi mampu menjangkau realitas-ralitas tersebut karena bahasa memiliki kemampuan generalisasi dan abstraksi. Kemampuan teks menjangkau realitas baru harus didasari pada “tanda-tanda”, mungkin dalam strukrur teks dan mungkin juga dalam konteks sosial yang menjadi sasarannya
Disini makna teks bisa diunggkap, pertama, melalui analisis struktur bahasanya, kedua, dengan kembali ke konteks yang memperoduksinya. Sekalipun bahasa memiliki kemampuan generalisasi dan abstraksi tetapi bahasa juga memiliki keterbatasan tanda-tanda internalnya. Sebab teks akan jadi tak bermakna jika tak ada obyek materinya (realitas). Dalam pendekatan demikian teks hanya memuat rekam algsy secara kasuistik saja.
Jika cara pandang ini dikhususkan pada kejadian algisy, maka teks hadis hanya akan sampai pada makna generalisirnya. Kesimpulan yang di hasilkan hanya terbatas pada sisi ontologi algisy yang mengatakan bahwa algisy adalah sebuah sikap mental yang negative karena merugikan orang lain dan oleh karena itu dibenci oleh Allah dan rasulnya. Persoalan yang muncul kemudian adalah bagaimana memahami dan mengatasi kejadian-kejadian algsy yang berkembang dewasa ini? Bagaimana menarik tanda-tanda struktur teks hadis algsy dengan fakta algisy yang mungkin saja ada disekitar kita? Apakah benar bahwa hadis hanya mampu memberikan solusi moral (normative) saja?
Menjawab masalah tesebut, oleh penulis mengajukan dua solusi epistemologi yang terkait dengan cara kita memahami algsy;
1. Berdasarkan periwayatan hadis dengan tidak hanya bertumpu pada struktur teks semata
2. Kedua tetap memperhatikan realitas manusia yang dinamis dengan pendekatan analisis empirik
Solusi pertama menawarkan kontekstualisasi teks dengan perubahan hingga pada taraf metodologi memahami hadist. Cara demikian adalah memberikan kepada kita pemahaman medologis tentang rangkaian kausal tersebut. Di Sana ada proses dialektika bahkan mungkin dialogika yang terjadi antara, sejarah, pelaku teks, penerima teks dan teks itu sendiri, yang membentuk satu jalinan dan tidak sah rasanya kalau hal tersebut diberaikan. Solusi kedua akan memperkaya wawasan kita mengenai fenomena budaya yang berkembang di mana peristiwa algisy harus dicurigai selalu ada.
D. Kontekstualisasi dan Implementasi Algisy dalam Kehidupan Kini (Tinjauan aksiologis)
Sebagaimana telah disiratkan pada latar belakang masalah, fenomena algisy pada zaman ini jauh lebih kompleks. Hal tersebut seiring dengan laju perkembangan teknologi dan komunikasi yang menyeret sisi kebudayaan manusia bercorak teknologi meninggalkan pusat, inti manusia. Dalam keadaan demikian tawaran-tawaran normative, semisal agama menjadi kurang penting dan kehilangan daya penyembuh. Manusia modern lebih memilih ke-aku-annya dalam bertingkah laku dan cenderung menafikan yang secret sebagai pedoman fitrawih.
Sisi kehidupan manusia dan interaksi social di dalamnya dipenuhi dengan tipu-menipu. Kehidupan social kita tak lagi mudah menggambarkan warnah putih sebagai simbol kejujuran dan keadilan yang benar. Sehingga timbul sebuah adagium di tengah masyarakat, bahwa pada kehidupan dulu seseorang dengan mudah dapat dipercaya sebagai orang yang amanah dan kita akan sulit menemukan manusia yang berkarakter penipu. Berbeda dengan zaman ini, di mana justru kita akan dengan muda menemukan penipu dan sangat sulit menemukan orang jujur dan adil.
Budaya menipu ada dan menyusup di mana-mana. Pada lembaga keagamaan, yayasan social, yayasan pendidikan, tokoh masyarakat, pemuka agama dan lainnya. Dimensi social ekonomi telah diwarnai dengan budaya menipu. Politik yang menipu, ekonomi yang gharar, hukum yang tidak adil dan lain sebagainya. Bentuk menipu pun kian menjadi rumit dan akan susah dideteksi dengan pandangan biasa.
Jika fenomena tersebut ditarik masuk dalam ranah hadis, maka diperlukan sebuah kontekstualisasi yang berbasis nilai-nilai inti dari budaya algisy. Nilai inti algisy adalah sebuah keburukan sikap yang telah diikat dan tidak mungkin berubah menjadi nilai yang baik. Dari dasar nilai yang demikian maka segala fenomena algisy, apapun bentuknya adalah keburukan sikap.
Nilai ini akan menjelma axiology jika terpatri dalam diri seseorang dan menjadi nilai bersama jika digerakkan melalu lajur-lajur system budaya yang sistemik. Untuk mewujudkan masyarakat yang bebas algisy, manusia harus lebih bersungguh-sungguh meningkatkan formula tawar budaya, lewat dekonstruksi-rekonstruksi pemahaman yang lebih memahami semangat zaman.
Termasuk bagaimana memahami sebuah teks yang tidak terlepas dari keharusan pembaca memahami realitas yang terjadi di wilayahnya. Ini kelihatan lebih kontekstual, seiring dengan pemahaman kontemporer yang menghendaki konsepsi sejarah dan humanitas lebih dikedepankan. Tapi apakah benar, bahwa tuntutan ini mengandung unsur kebaruan yang mesti ada, dalam artian bahwa realitas dan yang menyangkut unsur-unsurnya, akan memaksa manusia menafsirkan kandungan teks yang berkesesuaian dengan keadaan dunia sekarang. Kita akan mempersepsi hal secara beda. Tergantung bagaimana kita memahami sejarah, dinamika soasial dan ruang teks itu sendiri.
Jika unsur realitas diobyektivikasi kedalam bacaan teks, maka sangat mungkin kandungan teks dipahami seiring dengan semangat zaman dan dikatakan, dapat berdialog, bersinergis dengan sejarah. Sebaliknya jika teks-teks dibaca sebagai subyek yang otoriter dan menjustivikasi realitas, maka besar kemungkinan terjadi pendiskrupsian terhadap kenyataan. Atau lebih radikal dapat dikatakan bahwa keadaan seperti ini membawa pemahaman kandungan teks berada diruang hampa. Disinilah hukum kausalitas berlaku relevan dan pantas termasuk pun dalam memaknai teks hadis.
III. Penutup
A. Kesimpulan
1. Dalam perfektif hadis nabi hakekat algisy adalah sebuah sikap atau prilaku yang dilaksanakan oleh seseorang kepada orang lain atau dirinya sendiri dan menyebabkan kerugian mental maupun materi yang berimplikasi pada interaksi social manusia dan interaksi horisontalnya. Algisy adalah sikap yang bernilai buruk dan dikatakan satu-satunya hakekat algsy adalah keburukan.
2. Model hadis-hadis nabi (teks) dalam mengurai algisy dapat saja terbatas pada peristiwa tertentu. Karena penyederhanaan pembacaan kita terhadap teks dan kemampuan teks dalam menghimpun semua gejala algisy yang terjadi pada masa itu, menjadikan tema algisy harus di luaskan. Sesungguhnya muatan hadis tentang algisy telah memberikan kita landasan normative dalam melihat konteks algisy di masa-masa yang akan datang dengan menghubungkan peristiwa-peristiwa kontemporer yang kompleks.
3. Aksiologi algisy idealnya ditarik dari basis ontologinya untuk meredam situasi kekinian yang kompleks. Realitas budaya kontemporer telah menunjukkan fenomena algisy telah berkembang dan terjadi di mana-mana. Namun nilai ontologi belum cukup menjadi sandaran axiologinya, karena masih sebatas seruan normative. Oleh karena itu harus di kembangkan aspek lain yakni aspek epistemologinya.
Transendent
oleh : A.Jufri D,S.Ag.M.Ag.

I.LATAR BELAKANG MASALAH.
Dalam seluruh sejarahnya, manusia selalu mempunyai rasa tertarik yang sangat besar terhadap mahluk mahluk supranatural dan ghaib yang eksistensinya paralel dengan dunia kita manusia. Dunia jin yang termasuk fenomena ghaib bagi manusia, merupakan fenomena yang menarik untuk di kaji, terlebih ketika masyarakat kita belakangan ini banyak disuguhi berbagai informasi dan sarana alternatif bagi pengobatan,kemudahan rejeki,ramalan nasib, dan lain lain yang hampir dipastikan semuanya bertalian dengan jin.
Jin adalah mahluk hidup di bumi dalam sebuah dunia yang paralel dengan manusia. Dalam bahasa Arab, kata “Jin” berasal dari kata kerja “Janna” yang berarti menutup atau bersembunyi. Jadi mereka secara fisik adalah tidak tampak dari pandangan manusia.Ketidaktampakan ( Ghaib ) ini adalah salah satu alasan mengapa sebagian orang kemudian mengingkari eksistensi mereka . Asal usul jin ini dapat ditelusuri dalam al-Qur’an dan juga hadis-hadis nabi Muhammad SAW. Dalam al-Qur’an misalnya, Allah berfirman:
       •  •       
26. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
27. Dan kami Telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.
Dalam banyak aspek berdasarkan dunia mereka, maka mahluk jin ini sangat mirip dengan manusia. Mereka makan dan minum, mereka menikah dan berkembang biak, dan mereka hidup dan mati. Namun rentang waktu kehidupan mereka adalah jauh lebih lama dibandingkan dengan masa kehidupan kita. Seperti kita, mereka juga akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.
Diantara kekuatan dari mahluk jin adalah bahwa mereka mampu menjelmakan diri mereka dalam berbagai bentuk dan rupa fisik yang mereka inginkan. Mereka dapat nampak dalam pandangan kita dalam segala bentuk rupa yang mereka inginkan, termasuk penampakan dalam bentuk UFO ( Unidentified flying obyject = obyek obyek angkasa yang tak teridentifikasi ) yang telah disaksikan ribuan orang di seluruh penjuru dunia. Mereka juga dapat merasuki jiwa manusia, dan menyebabkan manusia kesurupan serta mengendalikan kesadarannya, seperti penomena kesurupan yang sering terjadi secara massal belakangan ini. Demikian pula mereka memiliki kecepatan bergerak yang luar biasa. Melalui kekuatan kecepatan bergerak dan kegaibannya, maka jin-jin tersebut menjadi unsur utama dari kegiatan kegiatan supranatural seperti sihir, sulap, dan paranormal. Karena jin dapat menggerakkan sesuatu dari jarak jauh dalam hitungan detik.
Ada sebuah idiom yang mengatakan bahwa “ Indonesia adalah negeri 1001 hantu” maknanya adalah negeri ini di kenal dengan keanekaragaman mitos ataupun fenomena seputar alam gaib. Sayangnya masyarakat banyak yang tidak mengetahui bagaimana cara menyikapi penomena dunia gaib sesuai dengan bingkai syariat. Akibatnya, ada sebagian orang yang keliru dan menyimpang, bahkan berprilaku syirik dalam memahami dan menyikapi segenap yang bertalian dengan Jin, seperti ; esksistensi, asal muasal,kemampuan, tempat tinggal, dan berbagai masalah yang bersifat khusus tentang mereka.
Dari fenomena yang muncul seperti tersebut diatas belakangan ini, maka penelusuran dan pengkajian tentang teks-teks syar’iy yang terkait dengan mahluk jin dan segenap sifat khusus yang terkait dengannya menjadi sangat urgen. Urgensi kajian tersebut juga disebabkan karena secara sosiologis ternyata dalam banyak hal, manusia banyak terkontaminasi oleh propaganda jin dalam menjalankan aktifitas hidupnya akibat dari ketidaktahuan mereka tentang eksistensi, tabiat dan kecenderungan mahluk jin.
B.Rumusan masalah.
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana kuwalitas sanad dan matan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqiy.
2. Bagaimana asal muasal dan struktur penciptaan jin.
3. Bagaimana karakter dasar dan kecenderungan bangsa Jin.
II. PEMBAHASAN.
A.TAKHRIJ HADIS TENTANG JIN.
Dalam pendekatan etimologis, kata takhrij bermakna; [1] istinbath, yakni mengeluarkan dari sumbernya, [2] al-Tadrib, yakni latihan,[3] al-taujih, yakni pengarahan. Dalam kajian ini, makna kata takhrij yang dipergunakan adalah mengeluarkan. Dengan demikian, maka takhrij hadis adalah kegiatan mengeluarkan atau pencarian hadis yang terkait dengan masalah yang akan dikaji melalui berbagai kitab-kitab hadis yang mu’tabar sebagai sumber asli hadis tersebut, yang di dalamnya dikemukakan secara lengkap sanad dan matannya.
Dalam metodelogi takhrij hadis, dikenal lima metode mentakhrij hadis, yakni : [1] Takhrijul hadis billafdzi, yakni mencari hadis dengan mempergunakan salah satu atau lebih kata kunci yang terdapat dalam matan hadis.[2] berdasarkan tema,[3] berdasarkan awal kalimat atau lafadz pertama dari matan hadis.[4] berdasarkan perawi pertama,[5] berdasarkan sifat- sifat tertentu dari suatu hadis. Dalam kajian ini, metode takhrij yang digunakan adalah metode takhrij dalam kategori petama. Dalam proses mentakhrij hadis- hadis nabi tentang jin, secara oprasional penulis menggunakan kitab Mu’jam al-Mufahras lialfadz al-hadis al-Nabawiy dan CD digital al- maktabah al-Syamilah,dengan melalui kata Jinnun, Jinnatun,al-Jinnu,al jaannu dan al- Jinnan.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis dalam sepuluh kitab hadis, diperoleh informasi bahwa terdapat 176 riwayat hadis tentang jin, yaitu:
1. Shahih Bukhari memuat 16 riwayat, yakni :
باب الأسير أو الغريم يربط في المسجد,hadis nomor, 449.
باب الجهر بالقراءة صلاة الفجر, hadis nomor ,739
باب سجود المسلمين مع المشركين والمشرك نجس ليس له وضوء, hadis nomor, 1021
باب قول اله تعالى { ووهبنا لداود سليمان نعم العبد إنه أواب }, hadis nomor,3241
باب ذكر الجن, hadis nomor, 3647
, hadis nomor, 3653باب إسلام عمر بن الخطاب رضي الله عنه
باب { قل ادعوا الذين زعمتم من دونه فلا يملكون كشف الضر عنكم ولا تحويلا, hadis nomor,4437
, hadis nomor, 4530باب قوله { هب لي ملكا لا ينبغي لأحد من بعدي إنك أنت الوهاب }
باب { فاسجدوا لله واعبدوا }, hadis nomor,4581
باب تفسير سورة ( الجن ) { قل أوحي إلي } / 1 /, hadis nomor,4637
,hadis nomor, 5328باب فضل من يصرع من الريح
, hadis nomor, 5429باب الكهانة
, hadis nomor, 584باب رفع الصوت بالنداء
, hadis nomor, 3122باب ذكر الجن وثوابهم وعقابهم
,hadis nomor, 3647باب ذكر الجن
, hadis nomor.7109. باب قول النبي صلى الله عليه و سلم ( الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة )

2.Sahih Muslim memuat 16 riwayat, yakni :

, hadis nomor, 1034باب الْجَهْرِ بِالْقِرَاءَةِ فِى الصُّبْحِ وَالْقِرَاءَةِ عَلَى الْجِنِّ.
, hadis nomor, 1035باب الْجَهْرِ بِالْقِرَاءَةِ فِى الصُّبْحِ وَالْقِرَاءَةِ عَلَى الْجِنِّ.
, hadis nomor, 1038باب الْجَهْرِ بِالْقِرَاءَةِ فِى الصُّبْحِ وَالْقِرَاءَةِ عَلَى الْجِنِّ.
, hadis nomor, 1237باب جَوَازِ لَعْنِ الشَّيْطَانِ فِى أَثْنَاءِ الصَّلاَةِ وَالتَّعَوُّذِ مِنْه
, hadis nomor, 5953باب تَحْرِيمِ الْكِهَانَةِ وَإِتْيَانِ الْكُهَّانِ.
, hadis nomor, 5955باب تَحْرِيمِ الْكِهَانَةِ وَإِتْيَانِ الْكُهَّان
, hadis nomor,5978باب قَتْلِ الْحَيَّاتِ وَغَيْرِهَا.
, hadis nomor, 5966باب قَتْلِ الْحَيَّاتِ وَغَيْرِهَا.
, hadis nomor, 5968باب قَتْلِ الْحَيَّاتِ وَغَيْرِهَا.
, hadis nomor, 5970باب قَتْلِ الْحَيَّاتِ وَغَيْرِهَا.
, hadis nomor, 7150باب فِى سَعَةِ رَحْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَأَنَّهَا سَبَقَتْ غَضَبَهُ.
, hadis nomor 7287باب تَحْرِيشِ الشَّيْطَانِ وَبَعْثِهِ سَرَايَاهُ لِفِتْنَةِ النَّاسِ.
, hadis nomor, 7739باب تَحْرِيشِ الشَّيْطَانِ وَبَعْثِهِ سَرَايَاهُ لِفِتْنَةِ النَّاسِ.
, hadis nomor, 7740باب فِى قَوْلِهِ تَعَالَى (أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ).
, hadis nomor, 7742باب فِى قَوْلِهِ تَعَالَى (أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ).
, hadis nomor, 5964 باب فِى قَوْلِهِ تَعَالَى (أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ).

3.Sunan al- Baihaqi al-kubra memuat 18 riwayat, yakni :
, hadis nomor 27باب منع التطهير بالنبي.
, hadis nomor 28باب منع التطهير بالنبيذ.
باب منع التطهير بالنبيذ, hadis nomor 29
باب منع التطهير بالنبيذ, hadis nomor 30
باب منع التطهير بالنبيذ, hadis nomor 31
باب النهي عن البول في الثقب, hadis nomor 483
باب الاستنجاء بما يقوم مقام الحجارة في الإنقاء دون ما نهي عن الاستنجاء به, hadis nomor 525
باب الاستنجاء بما يقوم مقام الحجارة في الإنقاء دون ما نهي عن الاستنجاء به,hadis nomor 528
باب الاستنجاء بما يقوم مقام الحجارة في الإنقاء دون ما نهي عن الاستنجاء به, hadis nomor 530
باب الجهر بالقراءة في صلاة الصبح, hadis nomor 2890
باب لا تفريط على من نام عن صلاة أو نسيها حتى ذهب وقتها وعليه قضاؤها,hadis nomor 3001
باب أينما أدركتك الصلاة فصل فهو مسجد, hadis nomor, 4064
باب الساعة التي في يوم الجمعة وما جاء في فضله على طريق الاختصار, hadis nomor, 5798
باب في فضل شهر رمضان وفضل الصيام على سبيل الاختصار, hadis nomor, 8284
باب ما جاء في النهي عن الكهانة وإتيان الكاهن, hadis nomor, 16289
باب مبتدأ الخلق, hadis nomor, 17487
باب ما جاء في معاقرة الأعراب وذبائح الجن, hadis nomor, 19136
4.Sunan al-Nasaiy al-Kubra, memuat 26 riwayat, yakni:

رفع الصوت بالأذان, hadis nomor, 1608
ذكر ما يجير من الجن والشيطان وذكر اختلاف الناقلين لخبر أبي فيه,hadis nomor,10796
ذكر ما يجير من الجن والشيطان وذكر اختلاف الناقلين لخبر أبي فيه,hadis nomor,10797
الكراهية في البول في الجحر, hadis nomor, 30
ذكر نهي النبي صلى الله عليه و سلم عن الاستطابة بالعظم والروث,hadis nomor,39
الاستعاذة من شر شياطين الإنس, hadis nomor,7944
آية الكرسي, hadis nomor, 8017
إباحة الرجل لزوجته النظر إلى اللعب حدثنا أبو عبد الرحمن أحمد بن شعيب, hadis nomor 8957
ذكر ما يكب العفريت ويطفئ شعلته,hadis nomor 10792
ذكر ما يكب العفريت ويطفئ شعلته, hadis nomor, 10793
ذكر ما يكب العفريت ويطفئ شعلته, hadis nomor, 1074
ذكر ما يجير من الجن والشيطان وذكر اختلاف الناقلين لخبر أبي فيه,hadis nomor 10796
ذكر ما يجير من الجن والشيطان وذكر اختلاف الناقلين لخبر أبي فيه, hadis nomor 10797
ما يقول إذا رأى حية في مسكنه, hadis nomor 10805
ما يقول إذا رأى حية في مسكنه, hadis nomor 10806
ما يقول إذا رأى حية في مسكنه, hadis nomor 10807
سورة الحجر, hadis nomor, 11272
سورة الإسراء, hadis nomor, 11287
سورة الإسراء, hadis nomor,11288
سورة الإسراء, hadis nomor, 11289
سورة الصافات, hadis nomor,11440
سورة الجن, hadis nomor 11623
سورة الجن, hadis nomor 11624
سورة الجن, hadis nomor 11625
سورة الجن, hadis nomor 11626
قتل الوزغ, hadis nomor 3814

5.Musnad ahmad bin hanbal, memuat 46 riwayat, yakni :

مسند علي بن أبي طالب رضي الله عنه, hadis nomor 1196
مسند الزبير بن العوام رضي الله عنه, hadis nomor 1435
مسند عبد الله بن العباس بن عبد المطلب عن النبي صلى الله عليه و سلم, hadis nomor 1882
مسند عبد الله بن العباس بن عبد المطلب عن النبي صلى الله عليه و سلم, hadis nomor 2271
مسند عبد الله بن العباس بن عبد المطلب عن النبي صلى الله عليه و سلم, hadis nomor 2431
مسند عبد الله بن العباس بن عبد المطلب عن النبي صلى الله عليه و سلم, hadis nomor 2482
مسند عبد الله بن العباس بن عبد المطلب عن النبي صلى الله عليه و سلم, hadis nomor 2510
مسند عبد الله بن العباس بن عبد المطلب عن النبي صلى الله عليه و سلم, hadis nomor 3254
مسند عبد الله بن العباس بن عبد المطلب عن النبي صلى الله عليه و سلم, hadis nomor 3255
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 3648
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 3779
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 3782
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 3802
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 3810
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 4149
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 4296
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 4353
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 4375
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 4392
مسند أبي هريرة رضي الله عنه,hadis nomor 7673
مسند أبي هريرة رضي الله عنه, hadis nomor 7956
مسند أبي هريرة رضي الله عنه, hadis nomor 9898
مسند أبي هريرة رضي الله عنه, hadis nomor 10308
مسند أبي سعيد الخدري رضي الله عنه, hadis nomor 11387
مسند أبي سعيد الخدري رضي الله عنه, hadis nomor,11548
مسند جابر بن عبد الله رضي الله عنه, hadis nomor, 14372
حديث أبي موسى الأشعري رضي الله عنه, hadis nomor 19546
حديث أبي موسى الأشعري رضي الله عنه, hadis nomor 19723
حديث أبي موسى الأشعري رضي الله عنه,hadis nomor 19758
حديث عبد الله من مغفل المزني رضي الله عنه, hadis nomor 20576
حديث عبد الله بن سرجس رضي الله عنه, hadis nomor 20794
حديث عبد الرحمن بن أبي ليلى عن أبي بن كعب رضي الله عنه, hadis nomor 21212
حديث المشايخ عن أبي بن كعب رضي الله تعالى عنه, hadis nomor, 21337
حديث أبي أمامة الباهلى الصدى بن عجلان بن عمرو بن وهب الباهلى عن النبي صلى, hadis nomor, 23842
حديث عبد الله بن سلام رضي الله عنه, hadis nomor 25229
حديث عائشة رضي الله عنه, hadis nomor 25283
حديث عائشة رضي الله عنه, hadis nomor 4149
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 4381
مسند عبد الله بن مسعود رضي الله عنه, hadis nomor 11045
حديث أبي سعيد الخدري, hadis nomor 11323
حديث أبي سعيد الخدري, hadis nomor 11323
حديث أبي سعيد الخدري, hadis nomor 11411
حديث عبد الله بن سرجس رضي الله عنه, hadis nomor 20794
مسند عبد الله بن عمر بن الخطاب, hadis nomor 6336
مسند عبد الله بن عمرو رضي الله عنه, hadis nomor 6587
مسند عبد الله بن عمرو رضي الله عنه,hadis nomor 6848
حديث عائشة رضي الله عنه,hadis nomor 24579

6.sunan ibnu majah, memuat 8 riwayat, yakni:
باب ما يقول الرجل إذا دخل بيت الخلاء, hadis nomor,297
, باب الوضوء بالنبيذ , hadis nomor 384
باب الوضوء بالنبيذ, hadis nomor 385
, hadis nomor 1642باب ما جاء في فضل شهر رمضان
, hadis nomor 3453باب الكمأة والعجوة
, hadis nomor 3549باب الفزع والأرق وما يتعوذ منه
, hadis nomor 3886باب ما يدعو به الرجل إذا خرج من بيته
, hadis nomor 723باب فضل الأذان وثواب المؤذنين
, hadis nomor 2801.باب فضل الشهادة في سبيل الله
7. Sunan abu Daud, memuat 11 riwayat, yakni :

, hadis nomor 29باب النَّهْىِ عَنِ الْبَوْلِ فِى الْجُحْرِ.
, hadis nomor,39باب مَا يُنْهَى عَنْهُ أَنْ يُسْتَنْجَى بِهِ.
, hadis nomor,84باب الْوُضُوءِ بِالنَّبِيذِ.
, hadis nomor,85باب الْوُضُوءِ بِالنَّبِيذِ.
, hadis nomor 1048باب فَضْلِ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْجُمُعَةِ.
, hadisnomor 3915باب فِى الطِّيَرَةِ.
, hadis nomor 5109باب فِى الصَّبِىِّ يُولَدُ فَيُؤَذَّنُ فِى أُذُنِهِ
, hadis nomor 5258باب فِى قَتْلِ الْحَيَّاتِ.
, hadis nomor,5259باب فِى قَتْلِ الْحَيَّاتِ.
,hadis nomor 5253باب فِى قَتْلِ الْحَيَّاتِ.
, hadis nomor 5253 باب فِى قَتْلِ الْحَيَّاتِ.

8.Sunan al-Turmiziy, memuat 10 riwayat, yakni:

, hadis nomor 18باب [ ما جاء في ] كراهية ما يستنجى به
, hadis nomor 606باب ما ذكر في التسمية عند دخول الخلاء
, hadis nomor 682باب ما جاء في فضل شهر رمضان
, hadis nomor 2909باب ما جاء في فضل القرآن
, hadis nomor 3258باب ومن سورة الأحقاف
, hadis nomor 3291باب ومن سورة الرحمن
, hadis nomor 3323باب ومن سورة الجن
, hadis nomor 3324باب ومن سورة الجن
, hadis nomor 3258باب ومن سورة الأحقاف
,hadis nomor 21854 باب ما جاء في فضل إطعام الطعام

9.Sunan al-Daarimiy, memuat 7 riwayat, yakni:

, hadis nomor 18باب ما أكرم الله به نبيه من إيمان الشجر به والبهائم والجن
, hadis nomor 46باب ما أعطي النبي صلى الله عليه و سلم من الفضل
, hadis nomor 2734باب ما من أحد الا ومعه قرينة من الجن
, hadis nomor 3331باب فضل من قرأ القرآن
, hadis nomor 3332باب فضل من قرأ القرآن
,hadis nomor 3381باب فضل أول سورة البقرة وأية الكرسي
, hadis nomor 2081 باب في إطعام الطعام

10.Muatha’ malik, memuat 6 riwayat, yakni:
, hadis nomor 364بَاب مَا جَاءَ فِي السَّاعَةِ الَّتِي فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ
, hadis nomor, 3135بَاب تَحْرِيمِ الْخَمْرِ
, hadis nomor 3500بَاب مَا يُؤْمَرُ بِهِ مِنْ التَّعَوُّذِ
,hadis nomor 3576بَاب مَا جَاءَ فِي الْمَشْرِق
, hadis nomor 3580 بَاب مَا جَاءَ فِي قَتْلِ الْحَيَّاتِ وَمَا يُقَالُ فِي ذَلِكَ
, hadis nomor 222.بَاب مَا جَاءَ فِي النِّدَاءِ لِلصَّلَاةِ

B. KLASIFIKASI HADIS TENTANG JIN.
Berdasarkan hasil takhrij, maka hadis nabi tentang jin , setidaknya dapat diklasifikasikan menjadi tiga tema, sebagai berikut:
1. Hadis tentang asal muasal penciptaan jin .
a. Diriwayatkan dalam shahih muslim
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَ عَبْدٌ أَخْبَرَنَا وَقَالَ ابْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِىِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ ».
“ Aisyah berkata, bersabda rasulullah SAW: para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan adam diciptakan dari apa yang disifatkan pada kalian.”
b. Diriwayatkan dalam Musnad Ahmad bin Hanbal.
حدثنا عبد الله حدثني أبى ثنا عبد الرزاق أنا معمر عن الزهري عن عروة عن عائشة قالت قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : خلقت الملائكة من نور وخلقت الجان من مارج من نار وخلق آدم عليه السلام مما وصف لكم
“ Aisyah berkata, bersabda rasulullah SAW: para malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan adam diciptakan dari apa yang disifatkan pada kalian.”
2.Struktur tubuh jin.
• Diriwayatkan dalam sunan al-Baihaqi al-kubra’
Seperti halnya manusia yang asal penciptaanya dari tanah, Jin tidak lagi dalam bentuk asalnya yang jilatan ( Cahaya ) api,mereka dapat melakukan penampakan dengan citra fisik. Hal ini tergambar dari hadis berikut ini :
أخبرنا أبو محمد جناح بن نذير بن جناح المحاربي بالكوفة أنبأ أبو جعفر محمد بن علي بن دحيم ثنا أحمد بن حازم أنبأ عبيد الله هو بن موسى أنبأ إسرائيل عن أبي إسحاق عن أبي عبيدة عن عبد الله هو بن مسعود رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مر علي الشيطان فتناولته فأخذته فخنقته حتى وجدت برد لسانه على يدي وقال أوجعتني أوجعتني ولولا ما دعا سليمان عليه السلام لأصبح مناطا إلى إسطوانة من أساطين المسجد ينظر إليه ولدان أهل المدينة تابعه جابر بن سمرة فرواه عن النبي صلى الله عليه و سلم بمعناه
“…………………sampai sampai saya bisa merasakan dingin lidahnya pada tanganku…”
• Diriwayatkan dalam shahih Bukhariy
حدثنا إسحاق بن إبراهيم حدثنا روح ومحمد بن جعفر عن شعبة عن محمد بن زياد عن أبي هريرة عن
النبي صلى الله عليه و سلم قال : ( إن عفريتا من الجن تفلت علي البارحة أو كلمة نحوها ليقطع علي الصلاة فأمكنني الله منه وأردت أن أربطه إلى سارية من سواري المسجد حتى تصبحوا وتنظروا إليه كلكم فذكرت قول أخي سليمان
{ رب اغفر لي ملكا لا ينبغي لأحد من بعدي } ) .

• Diriwayatkan dalam musnad Ahmad bin Hanbal
حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا أسود بن عامر أنبأنا إسرائيل قال ذكر أبو إسحاق عن أبي عبيدة عن عبد الله قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مر علي الشيطان فآخذته فخنقته حتى إني لأجد برد لسانه في يدي فقال أوجعتني أوجعتني

• Diriwayatkan dalam sahih Bukhari.
739 (2)- حدثنا مسدد قال حدثنا أبو عوانة عن أبي بشر عن سعيد بن جبير عن ابن عباس رضي الله عنهما قال
: انطلق النبي صلى الله عليه و سلم في طائفة من أصحابه عامدين إلى سوق عكاظ وقد حيل بين الشياطين وبين خبر السماء وأرسلت عليهم الشهب فرجعت الشياطين إلى قومهم فقالوا ما لكم ؟ فقالوا حيل بيننا بين خبر السماء وأرسلت علينا الشهب قالوا ما حال بينكم وبين خبر السماء إلا شيء حدث فاضربوا مشارق الأرض ومغاربها فانظروا ما هذا الذي حال بينكم وبين خبر السماء فانصرف أولئك الذين توجهوا نحو تهامة إلى النبي صلى الله عليه و سلم وهو بنخلة عامدين إلى سوق عكاظ وهو يصلي بأصحابه صلاة الفجر فلما سمعوا القرآن استمعوا له فقالوا هذا والله الذي حال بينكم وبين خبر السماء فهنالك حين رجعوا إلى قومهم فقالوا يا قومنا { إنا سمعنا قرآنا عجبا . يهدي إلى الرشد فآمنا به ولن نشرك بربنا أحدا }
فأنزل الله على نبيه صلى الله عليه و سلم { قل أوحي إلي } وإنما أوحي إليه قول الجن

“ ………pada waktu itu, bangsa jin tidak bisa menerima informasi apapun dari langit. Kapan saja mereka ingin naik ke langit, batu-batu meteor dikirim untuk ( Menghadang mereka ), kemudian mahluk jin yang paling terkemuka dari kalangan mereka mengatakan: sangat mungkin telah terjadi sesuatu dan sebuah tabir ( tirai ) menghalangi pandangan antara kamu dan langit.Pergilah mengelilingi bumi ( ke Timur dan ke Barat dan cari tahu apa yang terjadi. Bangsa jinpun memulai penyelidikan mereka ke seluruh penjuru bumi. Sekelompok jin pergi menuju tihamah untuk mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca rasulullah di tengah perjalanan beliau menuju pasar ukkaz, di sebuah tempat bernama Nakhla, saat beliau mendirikan shalat subuh bersama sahabatnya. Setelah mereka ( Bangsa Jin ) ini mendengarkan lantunan ayat-ayat al-Qur’an, mereka berkata : inilah yang menghalangi berita-berita dari langit. Lalu mereka segera kembali ke komunitas mereka dan mengatakan : Hai bangsaku, kami telah mendengar senandung al-Qur’an yang menakjubkan, memberi petunjuk pada jalan kebenaran lalu kami beriman dan tidak menyekutukan tuhan dengan sesuatu.Adalah benar bahwa setelah peristiwa ini,Allah mewahyukan surah al-Jin dan kemudian Rasulullah menginformasikan apa yang telah dikatakan oleh bangsa Jin dalam surah tersebut.”

• Diriwayatkan dalam sahih Muslim.
. 1034(1) - حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِى بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَا قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَى الْجِنِّ وَمَا رَآهُمُ انْطَلَقَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ وَقَدْ حِيلَ بَيْنَ الشَّيَاطِينِ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ وَأُرْسِلَتْ عَلَيْهِمُ الشُّهُبُ فَرَجَعَتِ الشَّيَاطِينُ إِلَى قَوْمِهِمْ فَقَالُوا مَا لَكُمْ قَالُوا حِيلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ وَأُرْسِلَتْ عَلَيْنَا الشُّهُبُ. قَالُوا مَا ذَاكَ إِلاَّ مِنْ شَىْءٍ حَدَثَ فَاضْرِبُوا مَشَارِقَ الأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا فَانْظُرُوا مَا هَذَا الَّذِى حَالَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ. فَانْطَلَقُوا يَضْرِبُونَ مَشَارِقَ الأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا فَمَرَّ النَّفَرُ الَّذِينَ أَخَذُوا نَحْوَ تِهَامَةَ - وَهُوَ بِنَخْلٍ - عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ وَهُوَ يُصَلِّى بِأَصْحَابِهِ صَلاَةَ الْفَجْرِ فَلَمَّا سَمِعُوا الْقُرْآنَ اسْتَمَعُوا لَهُ وَقَالُوا هَذَا الَّذِى حَالَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ. فَرَجَعُوا إِلَى قَوْمِهِمْ فَقَالُوا يَا قَوْمَنَا (إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا يَهْدِى إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا) فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- (قُلْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ ).

• Diriwayatkan dalam musnad Ahmad bin Hanbal.
2271 - حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا عفان ثنا أبو عوانة ثنا أبو بشر عن سعيد بن جبير عن بن عباس قال : ما قرأ رسول الله صلى الله عليه و سلم على الجن ولا رآهم انطلق رسول الله صلى الله عليه و سلم في طائفة من أصحابه عامدين إلى سوق عكاظ وقد حيل بين الشياطين وبين خبر السماء وأرسلت عليهم الشهب قال فرجعت الشياطين إلى قومهم فقالوا ما لكم قالوا حيل بيننا وبين خبر السماء وأرسلت علينا الشهب قال فقالوا ما حال بينكم وبين خبر السماء الا شيء حدث فاضربوا مشارق الأرض ومغاربها فانظروا ما هذا الذي حال بينكم وبين خبر السماء قال فانطلقوا يضربون مشارق الأرض ومغاربها يبتغون ما هذا الذي حال بينهم وبين خبر السماء قال فانصرف النفر الذين توجهوا نحو تهامة إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم وهو بنخلة عامدا إلى سوق عكاظ وهو يصلي بأصحابه صلاة الفجر قال فلما سمعوا القرآن استمعوا له وقالوا هذا والله الذي حال بينكم وبين خبر السماء قال فهنالك حين رجعوا إلى قومهم فقالوا يا قومنا { إنا سمعنا قرآنا عجبا يهدي إلى الرشد فآمنا به } الآية فأنزل الله على نبيه صلى الله عليه و سلم { قل أوحى إلى أنه } وإنما أوحى إليه قول الجن
• Diriwayatkan dalam sunan al- Baihaqi al-kubra’
2890 - أخبرنا أبو عبد الله الحافظ ثنا أبو عبد الله محمد بن يعقوب ثنا يحيى بن محمد بن يحيى ثنا مسدد ثنا أبو عوانة عن أبي بشر عن سعيد بن جبير عن بن عباس قال : ما قرأ رسول الله صلى الله عليه و سلم على الجن ولا رآهم انطلق رسول الله صلى الله عليه و سلم في طائفة من أصحابه عامدين إلى سوق عكاظ وقد حيل بين الشياطين وبين خبر السماء وأرسلت عليهم الشهب فرجعت الشياطين إلى قومهم فقالوا ما لكم قالوا قد حيل بيننا وبين خبر السماء وأرسلت علينا الشهب قالوا ما حال بينكم وبين خبر السماء إلا شيء حدث فاضربوا مشارق الأرض ومغاربها وانظروا ما هذا الذي حال بينكم وبين خبر السماء فانصرف أولئك الذين توجهوا نحو تهامة إلى النبي صلى الله عليه و سلم وهو بنخلة عامدين إلى سوق عكاظ وهو يصلي بأصحابه صلاة الفجر فلما سمعوا القرآن استمعوا له وقالوا والله هذا الذي حال بينكم وبين خبر السماء فهنالك رجعوا إلى قومهم قالوا { يا قومنا إنا سمعنا قرآنا عجبا يهدي إلى الرشد فأمنا به ولن نشرك بربنا أحدا فأنزل الله عز و جل على نبيه صلى الله عليه و سلم { قل أوحي إلي } وإنما أوحي إليه قول الجن رواه البخاري في الصحيح عن مسدد ورواه مسلم عن شيبان بن فروخ عن أبي عوانة


• Diriwayatkan dalam sunan al-Nasaiy al-kubra
11625 - أنا أبو داود سليمان بن سيف نا أبو الوليد نا أبو عوانة عن أبي بشر عن سعيد بن جبير عن بن عباس قال : ما قرأ رسول الله صلى الله عليه و سلم على الجن ولا رآهم
3.Makanan dan tempat tinggal jin.

Sebagaimana manusia, jin juga mempunyai sifat sifat dasar dan kecenderungan dasar,Diantaranya : Makan dan bertempat tinggal.

a. Makanan Jin

• Diriwayatkan dalam shahih Bukhari.

3647(5) - حدثنا موسى بن إسماعيل حدثنا عمرو بن يحيى بن سعيد قال أخبرني جدي عن أبي هريرة رضي الله عنه
: أنه كان يحمل مع النبي صلى الله عليه و سلم إداوة لوضوئه وحاجته فبينما هو يتبعه بها فقال ( من هذا ) . فقال أنا أبو هريرة فقال ( ابغني أحجارا أستنفض بها ولا تأتيني بعظم ولا بروثة ) . فأتيته بأحجار أحملها في طرف ثوبي حتى وضعت إلى جنبه ثم انصرفت حتى إذا فرغ مشيت فقلت ما بال العظم والروثة ؟ قال ( هما من طعام الجن وإنه أتاني وفد جن نصيبين ونعم الجن فسألوني الزاد فدعوت الله لهم أن لا يمروا بعظم ولا بروثة إلا وجدوا عليها طعاما
• Diriwayatkan dalam sahih Muslim.
1035 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الأَعْلَى عَنْ دَاوُدَ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَأَلْتُ عَلْقَمَةَ هَلْ كَانَ ابْنُ مَسْعُودٍ شَهِدَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةَ الْجِنِّ قَالَ فَقَالَ عَلْقَمَةُ أَنَا سَأَلْتُ ابْنَ مَسْعُودٍ فَقُلْتُ هَلْ شَهِدَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيْلَةَ الْجِنِّ قَالَ لاَ وَلَكِنَّا كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ فَفَقَدْنَاهُ فَالْتَمَسْنَاهُ فِى الأَوْدِيَةِ وَالشِّعَابِ فَقُلْنَا اسْتُطِيرَ أَوِ اغْتِيلَ - قَالَ - فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا أَصْبَحْنَا إِذَا هُوَ جَاءٍ مِنْ قِبَلِ حِرَاءٍ - قَالَ - فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَدْنَاكَ فَطَلَبْنَاكَ فَلَمْ نَجِدْكَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ. فَقَالَ « أَتَانِى دَاعِى الْجِنِّ فَذَهَبْتُ مَعَهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ ». قَالَ فَانْطَلَقَ بِنَا فَأَرَانَا آثَارَهُمْ وَآثَارَ نِيرَانِهِمْ وَسَأَلُوهُ الزَّادَ فَقَالَ « لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِى أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا وَكُلُّ بَعَرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ ». فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَلاَ تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ
“ Makanan kalian adalah tulang binatang yang kalian temukan dan ketika menyembelihnya disebutkan nama Allah , dan itu merupakan makanan yang paling banyak dagingnya.”



• Diriwayatkan dalam musnad ahmad bin hanbal.
4149 - حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا إسماعيل أنا داود وبن أبي زائدة المعنى قالا ثنا داود عن الشعبي عن علقمة قال قلت لابن مسعود : هل صحب رسول الله صلى الله عليه و سلم ليلة الجن منكم أحد فقال ما صحبه منا أحد ولكنا قد فقدناه ذات ليلة فقلنا اغتيل أستطير ما فعل قال فبتنا بشر ليلة بات بها قوم فلما كان في وجه الصبح أو قال في السحر إذا نحن به يجيء من قبل حراء فقلنا يا رسول الله فذكروا الذي كانوا فيه فقال انه أتاني داعي الجن فأتيتهم فقرأت عليهم قال فانطلق بنا فأراني آثارهم وآثار نيرانهم قال وقال الشعبي سألوه الزاد قال بن أبي زائدة قال عامر فسألوه ليلتئذ الزاد وكانوا من جن الجزيرة فقال كل عظم ذكر اسم الله عليه يقع في أيديكم أوفر ما كان عليه لحما وكل بعرة أو روثة علف لدوابكم فلا تستنجوا بهما فإنهما زاد إخوانكم من الجن
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط مسلم رجاله ثقاترجال الشيخين غير داود بن أبي هند فمن رجال مسلم
b.Tempat tinggal Jin.
Tempat tinggal jin bermacam macam sesuai dengan kualitasnya masing- masing, ada yang tinggal di tempat-tempat kotor, ada pula yang tinggal pada liang, dan rumah- rumah manusia. Hal ini dapat tergambar dari riwayat- riwayat berikut ini.
• Diriwayatkan dalam sunan abi Daud
29 - حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ مَيْسَرَةَ حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ هِشَامٍ حَدَّثَنِى أَبِى عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَرْجِسَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى أَنْ يُبَالَ فِى الْجُحْرِ. قَالَ قَالُوا لِقَتَادَةَ مَا يُكْرَهُ مِنَ الْبَوْلِ فِى الْجُحْرِ قَالَ كَانَ يُقَالُ إِنَّهَا مَسَاكِنُ الْجِنِّ

• Diriwayatkan dalam sunan al-Nasaiy al-Kubra

30 - أخبرنا عبيد الله بن سعيد قال حدثنا معاذ بن هشام قال حدثني أبي عن قتادة عن عبد الله بن سرجس أن نبي الله صلى الله عليه و سلم قال : لا يبولن أحدكم في جحر قيل لقتادة وما يكره من البول في الجحر قال يقال إنها مساكن الجن

• Diriwayatkan dalam Musnad Ahmad bin Hanbal

20794 - حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا معاذ بن هشام حدثني أبي عن قتادة عن عبد الله بن سرجس أن النبي صلى الله عليه و سلم قال : لا يبولن أحدكم في الجحر وإذا نمتم فأطفئوا السراج فإن الفأرة تأخذ الفتيلة فتحرق أهل البيت وأوكئوا الأسقية وخمروا الشراب وغلقوا الأبواب بالليل قالوا لقتادة ما يكره من البول في الجحر قال يقال إنها مساكن الجن


• Diriwayatkan dalam sunan al-Baihaqiy al-kubra’
483 - أخبرنا أبو عبد الله الحافظ ثنا أبو زكريا يحيى بن محمد العنبري ثنا إبراهيم بن أبي طالب ثنا إسحاق بن إبراهيم وعبد الله بن سعيد ومحمد بن المثنى ومحمد بن بشار وعباس العنبري وإسحاق بن منصور قال إسحاق بن إبراهيم نا عبد الله وقال الآخرون نا معاذ بن هشام قال حدثني أبي عن قتادة عن عبد الله بن سرجس أن النبي صلى الله عليه و سلم قال : لا يبولن أحدكم في الجحر وإذا نمتم فأطفئوا السراج فإن الفارة تأخذ الفتيلة فتحرق على أهل البيت وأوكئوا الأسقية وخمروا الشراب وأغلقوا الأبواب فقيل لقتادة وما يكره من البول في الجحر فقال إنها مساكن الجن
• Diriwayatkan dalam sunan abi Daud
2044 - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ قَرَأْتُ عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نَافِعٍ أَخْبَرَنِى ابْنُ أَبِى ذِئْبٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِىِّ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قُبُورًا وَلاَ تَجْعَلُوا قَبْرِى عِيدًا وَصَلُّوا عَلَىَّ فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ تَبْلُغُنِى حَيْثُ كُنْتُمْ

• Diriwayatkan dalam Musnad Ahmad bin Hanbal.

7808 - حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا إبراهيم بن خالد ثنا رباح عن معمر عن سهيل بن أبي صالح عن أبيه عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : لا تجعلوا بيوتكم مقابر فإن الشيطان يفر من البيت الذي يقرأ فيه سورة البقرة
“ Jangan menjadikan rumah kalian sebagai kuburan ,dan sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibaca surah al-Baqarah, tidak akan dimasuki syaitan.”

C. KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS.
Untuk mengetahui kualitas hadis, maka terlebih dahulu harus diketahui kualitas sanad dan matannya. Kualitas sanad dapat diketahui setelah meneliti ketersambungan sanad dan kredibilitas intelektual dan akhlak para perawi yang terlibat dalam periwayatan hadis tersebut .
Sedangkan kualitas matan dapat diketahui setelah meneliti susunan redaksi matan hadis dengan menggunakan kaidah kesahihan matan hadis yang telah dirumuskan oleh para ulama hadis, seperti; [1] Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya, [2] Meneliti susunan lafald berbagai matan yang semakna, [3] Meneliti kandungan matan apakah tidak bertentangan dengan al-Qur’an,tidak bertentangan dengan hadis Shahih yang lain, dan tidak bertentangan dengan kaedah bahasa dan akal sehat .
Adapun hadis yang diteliti dalam kajian ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqiy dalam sunan al-Baihaqiy al-Kubraa, yang terkait dengan struktur penciptaan dan karakter jin. Berikut ini penulis tampilkan teks lengkap hadis, baik sanad maupun matannya.
2890 - أخبرنا أبو عبد الله الحافظ ثنا أبو عبد الله محمد بن يعقوب ثنا يحيى بن محمد بن يحيى ثنا مسدد ثنا أبو عوانة عن أبي بشر عن سعيد بن جبير عن بن عباس قال : ما قرأ رسول الله صلى الله عليه و سلم على الجن ولا رآهم انطلق رسول الله صلى الله عليه و سلم في طائفة من أصحابه عامدين إلى سوق عكاظ وقد حيل بين الشياطين وبين خبر السماء وأرسلت عليهم الشهب فرجعت الشياطين إلى قومهم فقالوا ما لكم قالوا قد حيل بيننا وبين خبر السماء وأرسلت علينا الشهب قالوا ما حال بينكم وبين خبر السماء إلا شيء حدث فاضربوا مشارق الأرض ومغاربها وانظروا ما هذا الذي حال بينكم وبين خبر السماء فانصرف أولئك الذين توجهوا نحو تهامة إلى النبي صلى الله عليه و سلم وهو بنخلة عامدين إلى سوق عكاظ وهو يصلي بأصحابه صلاة الفجر فلما سمعوا القرآن استمعوا له وقالوا والله هذا الذي حال بينكم وبين خبر السماء فهنالك رجعوا إلى قومهم قالوا { يا قومنا إنا سمعنا قرآنا عجبا يهدي إلى الرشد فأمنا به ولن نشرك بربنا أحدا فأنزل الله عز و جل على نبيه صلى الله عليه و سلم { قل أوحي إلي } وإنما أوحي إليه قول الجن رواه البخاري في الصحيح عن مسدد ورواه مسلم عن شيبان بن فروخ عن أبي عوانة

“pada waktu itu, bangsa jin tidak bisa menerima informasi apapun dari langit. Kapan saja mereka ingin naik ke langit, batu-batu meteor dikirim untuk ( Menghadang mereka ), kemudian mahluk jin yang paling terkemuka dari kalangan mereka mengatakan: sangat mungkin telah terjadi sesuatu dan sebuah tabir ( tirai ) menghalangi pandangan antara kamu dan langit.Pergilah mengelilingi bumi ( ke Timur dan ke Barat dan cari tahu apa yang terjadi. Bangsa jinpun memulai penyelidikan mereka ke seluruh penjuru bumi. Sekelompok jin pergi menuju tihamah untuk mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca rasulullah di tengah perjalanan beliau menuju pasar ukkaz, di sebuah tempat bernama Nakhla, saat beliau mendirikan shalat subuh bersama sahabatnya. Setelah mereka ( Bangsa Jin ) ini mendengarkan lantunan ayat-ayat al-Qur’an, mereka berkata : inilah yang menghalangi berita-berita dari langit. Lalu mereka segera kembali ke komunitas mereka dan mengatakan : Hai bangsaku, kami telah mendengar senandung al-Qur’an yang menakjubkan, memberi petunjuk pada jalan kebenaran lalu kami beriman dan tidak menyekutukan tuhan dengan sesuatu.Adalah benar bahwa setelah peristiwa ini,Allah mewahyukan surah al-Jin dan kemudian Rasulullah menginformasikan apa yang telah dikatakan oleh bangsa Jin dalam surah tersebut.”
Hadis tersebut di atas disamping diriwayatkan oleh al-Baihaqiy , juga diriwayatkan oleh Bukhari,Muslim,Ahmad bin Hanbal,dan al-Nasa’iy. Untuk memudahkan proses penelusuran kualitas sanadnya, maka berikut ini penulis tampilkan skema sanad hadis tersebut di atas.
























Imam al-Baihaqiy meriwayatkan hadis tersebut diatas, dari jalur sanad Abdullah al-Hafid dari Abu Abdullah Muhammad bin Ya’kub, dari Yahya bin Muhammad bin Yahya, dari Musaddad, dari Abu Awanah, dari Abu Bisyri, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas dari Rasulullah SAW. Biografi singkat masing-masing periwayat tersebut sebagai berikut :
1.Imam al-Baihaqiy.
Nama lengkap beliau adalah Abu Ali Ismail bin Ahmad bin Husain bin Ali bin Musa al-Baihaqiy. Beliau adalah ilmuan terkemuka, berkepribadian baik, jujur dan adil,srta hafalannya banyak. Wafat Jumadil akhir th. 507 H.
2.Abu Abdullah al-Hafidz.
Nama lengkap beliau adalah Muhammad Ali bin Hamzah al Maruziy. Dia termasuk dalam kategori tabaqat 11, wafat tahun 261 H. al-Nasaiy meriwayatkan hadis darinya. ibnHajar, al-Nasaiy, Ibnu Hibban, dan Abu Ali bin Ahmad bin Husain bin Ali Bin Musa Al-Baihaqi. Al-hafidz, memandangnya Tsiqah, dan al-Zahbiy menilainya Hafidz.
3.Abu Abdullah Muhammad bin Ya’kub.
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ya,kub bin Abi Thalib al-Kaasaniy.beliau wafat sekitar tahun 255 H. Ulama hadis menilainya sebagaai ahlul khaer,ahlul Qur’an,dan ahlul shaleh.
4.Yahya bin Muhammad bin Yahya
Nama lengkapnya adalah Yahya bin Muhammad bin Yahya bin Abdullah bin Faaris al-Dahiliy. Masuk dalam kategori thabaqat 11, wafat sekitar th 267 H. Ibnu Majah meriwayatkan hadis darinya. Abul Rahman bin Abi Hatim menilainya suduq, Saleh bin Muhammad menilainya mempunyai keutamaan yang banyak, sementara al-Mazkiy menilainya lemah dalam ilmu dan Hadis.
5.Musaddad.
Nama lengkapnya adalah Musrihad bin masrabil bin masturadi al- Asadiy. Masuk dalam kategori thabaqat 10, wafat tahun 228 H. Ibnu hajar, Ja’far bin Abi Usman, al-Nasaiy,Ibnu Da,niy,dan Ibnu Hibban memberinya predikat tsiqat, Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Harun al-Falasi, menilainya Suduq, sementara al-Zahbiy menilainya Hafidz.
6.Abu Awanah.
Nama lengkapnya adalah al Widahi bin Abdillah al-Yasykariy Abu Awanah al wasity al-Bazaz. Bukhari, Muslim, Abu Daud,al-Nasaiy, dan ibnu Majah meriwayatkan hadis darinya. Ibnu Hajar, al-Zahbiy,Abu Zar’ah, Abu Hatim, dan Ibnu Saad menilainya tsiqah. Affan bin Muslim memberinya predikat sahihul kitab dan tsabit.
7.Abu Bisyri .
Nama lengkapnya adalah Ja’far bin Iyas Abu Bisyri al-Wasity. Masuk dalam kategori tabiin kecil ( Tabaqat 5). Wafat tahun 125 H. Buhari,Muslim Abu Daud, al-Nasaiy, al-Tirmiziy, dan Ibnu Majah meriwayatkan hadis darinya. Ibnu Hajar,Abu Hatim,dan Muhammad bin Said menilainya Tsiqah, Sementara al-Zahbiy, memandangnya suduq.
8. Said bin Jubair.
Nama lengkapnya adalah Said bin Jubair bin Hisyan al- Asadiy. Masuk dalam kategori tabiin tengah ( Tabaqat 3) Wafat tahun 95 H. Buhari, Abi Daud, al-Nasaiy, Tirmiziy,Muslim, dan Ibnu Majah meriwayatkan hadis darinya. Ibnu Hajar menilainya Tsiqah, Tsabit, dan Faqih. Al-Zahbiy, menilainya sebagai salah satu yang sangat dalam pengetahuannya.
9.Ibnu Abbas.
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abbas bin Abd.Muttalib bin Hayim. Masuk dalam kategori Sahabat ( Tabaqat I ). Wafat tahun 68 H. Buhari, Muslim,bu Daud, al-Nasaiy, tirmiziy,dan Ibnu Majah meriwayatkan hadis darinya.Ibnu Hajar dan Al-Zahbiy menilainya sebagai salah satu sahabat nabi yang aktif menuliskan al-Qur’an.
Berangkat dari hasil penelusuran ketersambungan sanad, dan kerdibilitas intelektual para periwayat dalam jalur sanad tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sanad hadis tersebut dapat dinyatakan sahih dan layak untuk dikaji lebih lanjut.
Demikian pula dengan kuwalitas matannya, teks hadis tersebut tidak bertentangan prinsip prinsip keshahihan matan hadis seperti yang telah diuraikan di atas.
D. SYARAH HADIS
Asal Muasal Penciptaan Jin.
Kata Jinnun ( al-Jinnu ) berarti tersembunyi. Menurut Ibnu Duraid , kata al-Jinnu merupakan sesuatu yang tersembunyi dari manusia. Jika dikatakan jannahu al-lail waajannahu wajunna ‘alaihi wa ghathaahu, artinya sama yaitu malam yang gelap dan misteri bagi manusia. Setiap sesuatu yang tersembunyi dari pengetahuanmu disebut junna anka. Dari kata ini pula dinamakan al-Jinnu wal- Jannah. Kata al-Jinnu sama dengan al-Jaannu. Sedang al-Hinnu merupakan jenis dari Jin.
Menurut Abu Umar, seorang yang Zuhud, al-Hinnu adalah anjing Jin dan jenis Jin dari kalangan bawah . Sementara al-Jaannu dalam pandangan al-Jauhary , adalah ayah (moyang) jin.
Ibnu Aqil al-Hambaly berpandangan bahwa Jin disebut Jin karena keadaannya yang tersembunyi dan tidak dapat terlihat oleh pandangan mata. Sementara Syetan adalah jin yang durhaka.
Ibnu Abdil-Bar mengatakan, bahwa para Teolog berpandangan bahwa Jin dapat digolongkan menjadi beberapa tingkatan, jika mereka menyebut Jin apa adanya mereka menyebutnya Jinny. Jika yang mereka maksudkan jin yang dapat menetap pada diri manusia, mereka menyebutnya aamir, dan jama’nya adlah Ummaar. Jika yang mereka maksudkan adalah Jin yang terlihat mata, mereka menyebutnya arwaah, dan jika jin itu buruk dan jahat, mereka menyebutnya syaitan, serta jika yang dimaksudkannya adalah jin yang kuat dan hebat, maka mereka menyebutnya Ifriit.
Banyak sekali ayat al-Qur,an dan hadis Rasulullah yang secara pasti dan akurat menunjukkan bahwa bangsa jin diciptakan dari api.
Jin adalah wujud atau eksistensi yang sadar, yang tidak terlihat ( oleh indra penglihatan manusia). Di Dalam al-Qur’an dan Hadis, mereka dideskripsikan dengan kata Jin ; di kalangan orang awam mereka dikenal dengan sebutan” peri” ( Fairy), “Mahluk raksasa”,”hantu,” “mahluk angkasa luar ( Alien)” dan beberapa istilah lain yang diberikan kepada mereka tergantung pada gambar ( Citra ) yang mereka tampakkan. Orang- orang banyak yang beranggapan bahwa mereka adalah ruh ruh orang yang telah mati, sehingga mereka mencoba menyelenggarakan kontak dengan mereka dengan cara memanggil mereka ( Semacam kegiatan jelangkung ).
Mahluk jin sebagai eksistensi yang sadar diinformasikan Allah lewat al-Quran kepada manusia, Berikut ini beberapa ayat al-qur’an yang berbicara tentang jin dan hal-hal yang terkait dengannya.
1. Dan Dia menciptakan jin dari nyala api. ( al-Rahman/ 55: 15 )
2. Dan kami telah menciptakan jin sebelum ( Adam ) dari apa yang sangat panas ( al-Hijr/ 15: 27 )
3. Dan (Ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkankan mereka semuanya,( dan Allah berfirman ): Hai golongan Jin ( Syaitan ), sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia. ( Q.S.6 : 128 )
4. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. ( Q.S,51:56)
5. Q.S. 55:33-39.
. 33.Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
34. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
35. Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga Maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya).
36. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
37. Maka apabila langit Telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.
38. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
39. Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya
6. Q.S.46 : 29-31.
29. Dan (Ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, Maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". ketika pembacaan Telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
30. Mereka berkata: "Hai kaum kami, Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.
31. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu[1390] dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
[1390] Maksudnya: dosa-dosa terhadap Allah.
7. Q.S.72 : 1-15.
1. Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: Telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami Telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan,
2. (yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami,
3. Dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.
4. Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (Perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah[1522],
5. Dan Sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.
6. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan[1523] kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.
7. Dan Sesungguhnya mereka (jin) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (rasul)pun,
8. Dan Sesungguhnya kami Telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, Maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang Kuat dan panah-panah api,
9. Dan Sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). tetapi sekarang[1524] barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).
10. Dan Sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.
11. Dan Sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.
12. Dan Sesungguhnya kami mengetahui bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (daripada)Nya dengan lari.
13. Dan Sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman kepadanya. barangsiapa beriman kepada Tuhannya, Maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.
14. Dan Sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. barangsiapa yang yang taat, Maka mereka itu benar-benar Telah memilih jalan yang lurus.
15. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, Maka mereka menjadi kayu api bagi neraka jahannam.

[1522] dimaksud dengan perkataan yang melampaui batas, ialah mengatakan bahwa Allah mempunyai isteri dan anak.
[1523] ada di antara orang-orang Arab bila mereka melintasi tempat yang sunyi, Maka mereka minta perlindungan kepada jin yang mereka anggap Kuasa di tempat itu.
[1524] yang dimaksud dengan sekarang, ialah waktu sesudah nabi Muhammad s.a.w. diutus menjadi rasul.

8. Q.S. 6 : 130, Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? mereka berkata: "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia Telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.

Al- Qur’an dan hadis telah dengan tegas menginformasikan tentang eksistensi jin sebagai mahluk sadar yang harus diyakini eksistensinya. Bahkan keyakinan ini merupakan sifat pertama yang harus disematkan Allah kepada orang orang yang bertaqwa.
Mahluk Jin termasuk perkara gaib yang harus harus diyakini eksistensinya. Abdullah bin Mas’ud mejelaskan bahwa pengertian gaib adalah sesuatu yang tidak dapat di indera. Tidak dapat di lihat bukan berarti tidak ada, karena Indera kita sangat terbatas untuk menangkap relitas yang hanya bergerak pada dimensi gelombang cahaya.
Dengan memperhitungkan aspek jiwanya, jin menempati eksistensinya, kehidupannya, dan kesadaran dirinya dari ruh absolut. Dengan mempertimbangkan pada kesempurnaan yang ia miliki dalam kesadaran, ia adalah wujud yang hadir di samping manusia di keseluruhan alam ini.
Ia menyadari sepenuhnya akan kesadaran dirinya dalam tubuh cahaya. Ini dalam suatu cara, dapat dianggap sebagai kelahiran jin dengan memperhatikan pada struktur mereka. Kelahiran jin saat ia “membungkus” dirinya dalam tubuh periferi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kematian mereka dalam pengertian yang paling sederhana ( sama dengan kematian yang kita kenal ), terjadi kapan saja periferi mereka terisolir dari rentang kehidupan mereka yang telah ditetapkan Allah. Oleh karena itu informasi dari hadis tentang potensi jin yang dapat mencuri informasi dari langit sebelum diturunkannya ayat- ayat jin menjadi bagian penting untuk mengeksplor lebih dalam tentang hakikat mereka.
Berdasarkan pada prilaku struktural mereka,mereka juga memiliki potensi-potensi yang cukup canggih dan beberapa diantara mereka bahkan lebih superior dibandingkan dengan manusia dalam hal tingkat kesadaran mereka. Namun demikian telah diketahui secara pasti bahwa seorang manusia yang superior adalah jauh lebih superior dari mahluk jin yang paling superior sekalipun.
Dibandingkan dengan tabiat dasar mereka, mereka lebih lemah dari manusia. Mereka cenderung untuk menampilkan prilaku-prilaku yang dapat dianggap sebagai negatif. Secara umum mereka melakukan berbagai macam kegiatan. Disamping kenyataan ini terdapat juga beberapa yang baik diantara mereka, yang bersikap lebih agamis dan bahkan ada yang mencapai kualitas mahluk jin yang suci, meskipun ini sangat jarang terjadi.
Watak dan kesenangan mereka yang sangat penting adalah memanipulasi titik kelemahan dari manusia, membuat individu- individu manusia tergantung pada mereka dan membuat mereka melakukan apa yang mereka inginkan, membuat mereka melayani dan mengabdi sampai pada tingkat menyembah mereka, seolah olah mereka (manusia ) adalah budak budak mereka.
Mahluk jin adalah wujud- wujud yang sangat aktif , dan mereka tidak dibatasi oleh dunia materi, oleh karena itu mereka mampu mengetahui peristiwa peristiwa masa lampau secara sempurna. Meskipun dalam kadar tertentu mereka dapat mengetahui informasi yang akan terjadi pada masa yang akan datang,mereka tidak dapat menjelaskan lebih dalam dan mendetail, mengingat sifat dari struktur mereka.
Selanjutnya tingkatan kuwalitas mahluk jin juga sangat tergantung dengan jenisnya. Al-Hakim, Ibnu Abi Hatim, Ath-Tabraniy, Abusy-Syaikh, Al-Hakim, dan Al-Baihaqiy, di dalam Al-Asma’ wash-Shifaat, mentakhrij bahwa Abu Tsa’labah al-Khasyiny berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ Jin ada tiga jenis , satu jenis memiliki sayap dan bisa terbang di Udara, satu jenis berupa Ular dan anjing, dan satu jenis mengambil tempat dan bepergian.”
Tempat tinggal Jin
Sebagaimana manusia, bangsa Jin juga bertempat tinggal, makan dan minum. Biasanya bangsa jin lebih memilih tempat tinggal pada tempat-tempat yang tidak dihuni oleh manusia, seperti padang pasir ( Gunung dan Goa ). Ada juga yang tinggal di tong sampah, dan tempat pembuangan kotoran, dan di antaranya juga ada yang tinggal bersama manusia bahkan menempati tubuh manusia dan berpindah pindah di dalam tubuh itu melalui aliran darah.
Karena itu Rasulullah pernah keluar menuju padang pasir untuk mengajak mereka ( bangsa jin ) untuk beribadah kepada Allah. Beliau membacakan al-Qur’an dan mengajarkan syariat-Syariat Islam kepada mereka. Hadis tentang kisah ini banyak periwayatannya, seperti yang terdapat dalam kitab imam Bukhari dan Muslim, dari jalur Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Mas’ud .
Ada juga yang tinggal di tong sampah dan pembuangan kotoran. Karena mereka memakan sisa-sisa makanan manusia, sebagaimana yang terdapat pada hadis riwayat Imam Muslim dari Abdullah bin Mas’ud yang telah disebutkan sebelumnya.
Ibnu Hajar al-Asqalani mengatakan, Ibnu Abi Dunya meriwayatkan dari Yazid Bin Yazid Bin Jari_ salah seorang rawi yang tsiqah dari negeri Syam, Dia salah seorang tabiin yang kurang masyhur_ berkata : “ Tidaklah sebuah rumah yang dihuni para penghuninya melainkan pada atap rumah mereka terdapat Jin. Jika mereka makan siang , jin-jin ini turun dan makan bersama mereka, dan begitu pula ketika mereka makan malam.
Di samping tempat- tempat tersebut di atas, Jin juga mampu menempati tubuh manusia, berpindah-pindah melalui aliran darah. Hal ini sejalan dengan hadis rasulullah SAW;
“ Sesungguhnya Syaitan berpindah pindah di dalam tubuh Manusia melalui aliran darah”
Makanan jin
Banyak sekali hadis shahih yang menerangkan bahwa jin makan dan minum. Dalam Shahih Al-Bukhari, ada sebuah hadis yang diriwayatkan bahwa Abu Hurairah pernah membawakan kantong air untuk berwudhu untuk memenuhi keperluan Rasulullah, kemudian beliau bertanya, “siapa?” Abu Hurairah menjawab, “saya Abu Hurairah”. Beliau berkata “ tolong carikan aku batu untuk bersuci, dan jangan kamu mengambil tulang dan kotoran hewan” lalu saya membawakan beberapa batu yang saya bawa di atas pakaian saya, kemudian saya meletakkannya di samping Rasulullah SAW, setelah itu saya beranjak pergi.
Setelah beliau selesai dari keperluannya, saya berjalan bersama beliau, lalu saya bertanya, ada apa dengan tulang dan kotoran hewan? Beliau bersabda: Keduanya adalah makanan Jin. Aku pernah didatangi utusan Jin Naswhibain, jenis Jin paling baik, mereka bertanya kepadaku tentang makanan mereka, maka aku berdoa kepada Allah SWT supaya dia memberikan rasa pada setiap tulang dan kotoran hewan yang dijumpai oleh bangsa Jin.
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis di dalam sahih-nya, dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“ Apabila salah seorang diantara kalian makan, hendaklah ia makan dengan tangan kanannya, dan apabila ia minum hendaklah ia minum dengan tangan kanannya, karena Syaitan makan dan minum dengan tangan kirinya.”
Dalam kitab Shahihnya, Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Huzaifah bin Yaman, dia berkata; Setiap kali kami menghadapi makanan bersama Rasulullah, kami tidak berani mendahului beliau untuk mengambil makanan sampai beliau memulai dan mengambil dengan tangannya. Pada suatu ketika kami menghadiri jamuan makanan bersama Rasulullah, kemudian datanglah seorang budak perempuan kecil yang kelihatan sangat berselera ketika melihat hidangan tersebut, maka diapun bergegas mengulurkan tangannya untuk mengambil makanan. Tetapi Rasulullah segera memegang tangannya.
Kemudian datang lagi seorang Arab Badui, dan kelihatan juga sangat berselera untuk menikmati hidangan itu. Beliau menahan menahan dan memegang tangannya lalu bersabda;” Sesungguhnya syaitan ikut memakan makanan yang tidak disebutkan nama Allah. Dia datang bersama hamba sahaya ini untuk memakan makanan ini , maka akupun memegang tangannya. Lalu ia juga datang bersama Arab Badui ini untuk ikut makan makanan ini, maka akupun memegang tangannya. Demi Allah yang jiwaku dalam genggamannya, sesungguhnya tangan setan itu berada pada tanganku bersama tangan hamba sahaya ini. Pada riwayat lain ImamMuslim menambahkan,”Kemudian beliau menyebut nama Allah dan makan.”
Saya berkata, “ Maksud dari” di dalam hadits ini adalah cepat-cepat ingin mengambil makanan tersebut tanpa mengucapkan doa. Seolah-olah ada yang mendorongnya dari belakang.
Imam muslim juga meriwayatkan di dalam Shahih-nya sebuah dadits dari jabir bin abdullah, ia pernah mendengar nabi Muhammad bersabda:
“ Apabila seorang laki-laki memasuki rumahnya, lalu dia menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, setan akan bekata kepada teman-temannya,” Tidak ada tempat penginapan dan makan malam untuk kalian. Jika dia memasuki rumahnya tanpa menyebut nama Allah. Setan berkata, “Kalian bisa ikut nimbrung makan malam.”
Ada tiga pendapat ulama perihal makan dan minumnya jin:
Pendapat pertama : Semua jenis jin ada yang makan dan minum.Ini adalahpendapat yang batil dan tidak ada dalilnya.
Pendapat kedua : Segolongan dari bangsa jin ada yang makan dan minum,tetapi ada yang tidak makan dan minum.
Pendapat ini ada yang mengambil dalil dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Barr dari Wahab bin Munabbih, dia berkata, “Jin terdiri dari beberapa jenis. Jenis yang paling murni adalah berupa angin yang tidak makan, tidak minum dan tidak berketurunan. Ada juga jenis yang makan, minum dan berketurunan. Yang terakhir adalah paratukang sihir dan hantu-hantu dari jenis jin. Disebutkan oleh Al-Hafids Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam Fathul Bari. Pendapat ini menggunakan dalil dari haditsriwayat Tsa’labah Al-Khasyani (dan sudah disebutkan) pada pembahasan jenis-jwnis jin.Saya katakan, “ Saya katakan ini masih sebatas kemungkinan.
Pendapat ketiga : Semua jenis jin makan dan minum.
Saya katakan, “Pendapat ini lebih dapat diterima adripada dua pendapat sebelumnya. Pendapat inilah yang sesuai dengan hadits-hadits yang telah dikemukakan sebelumnya. Wallahu a’lam.
Adapaun hadits Abdullah bin Masud, telah diriwayatkan Imam Muslim dengan lafal, “ Makanan kalian adalah tulang binatang yang kalian temukan dan ketika menyembelihnya disebutkan nama Allah, dan itu merupakan makanan yang paling banyak dagingnya.”
Sedangkan Abu Dawud dan yang lainnya diriwayatkan dengan lafal, “ Setiap tulang yang tidak disebutkan nama Allah (ketika disembelih).”
Jika hadits ini tidak terbalik perawinya, maka bisa saja dilakukan metode “ Al-jam’u” (penggabungan antara dua riwayat yang maknanya kelihatan bertentangan), “ yaitu, bahwa riwayat Imam Muslim khusus jin muslim, sementara riwayat Abu Dawud khusus jin kafir. Wallahu a’lam bish shawab.
Jin Dapat Mengubah dan Menyerupai Diri Dengan Sesuatu
Abu Hurairah berkata,”Rasulullah pernah menuruh saya untuk menjaga harta zakat pada blan ramadhan. Tiba-tiba datanglah sesosok mahkluk,lalu ia mengmbil makanan (tanpa meminta izin). Kemudian aku memegangnya dan bersumpah atas nama Allah, bahwa saya akan menyerahkannya kepada Rasulullah. Dia berkata; sesungguhnya saya membutuhkan makanan ini, dan saya mempunyai keluarga, selain itu saat ini saya benar-benar membutuhkan makanan ini. Sayapun melepaskannya dan pada pagi harinya Rasulullah berkata kepada saya, Wahai Abu Hurairah apa yang dilakukan tawananmu tadi malam? Saya jawab, Wahahai Rasulullah ia mengadukan tentang kebutuhannya yang sangat mendesak , dan bahwa dia mempunyai keluarga, dan karenanya saya iba dan kasihan kepadanya lalu kulepaskan. Beliau berkata; Mahluk itu telah mendustaimu. Dia akan kembali lagi. Sayapun mengetahui bahwa dia akan kembali, karena Rasulullah telah mengatakan bahwa dia akan kembali.
Maka pada malam harinya, saya mengintainya, diapun datang lagi dan mencuri makanan. Lalu saya tangkap ia dan kuancam lagi, bahwa saya akan menyerahkannya kepada Rasulullah. Dia berkata lepaskanlah saya, saya dalam keadaan membutuhkan sedang saya mempunyai keluarga. Saya berjanji tidak akan kembali lagi , sayapun merasa iba kepadanya, sehingga sayapun melepasnya.
Pada pagi harinya, Rasulullah berkata kepada saya wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu tadi malam? Saya menjawab bahwa ia mengadukan kebutuhannya yang sangat mendesak, dan dia mempunyai keluarga, karenanya saya merasa iba dan kasihan kepadanya , sayapun kembali melepaskannya. Beliau berkata sesungguhnya dia telah mendustaimu. Dia akan kembali lagi.
Malam harinya saya mengintainya untuk ketiga kalinya. Dia datang dan kembali mencuri makanan. Lalu saya menangkap dan mengancamnya, bahwa dia benar-benar akan saya serahkan kepada Rasulullah . Saya bertekad bahwa ini yang terakhir baginya, karena kemarin dia berjanji tidak akan kembali , ternyata dia kembali lagi. Kali ini dia berkata; lepaskan saya saya akan mengajarkan beberapa kalimat ( do’a) semoga Allah memberikan manfaat padamu dengan kalimat ini.
Aku pun menanyakan tentang doa itu” Dia berkata, “Jika kamu berbaring di kasur, bacalah ayat kursi.
“Allah tidak ada llah (Tuhan) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluknya), tidak menagantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang dilangit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin -Nya Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah Maha Tinggi Lagi Maha Bear. (Al-Baqarah:255)
Sebab dengan begitu, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi harinya.”Maka, saya pun melepaskannya.
Pada pagi harinya, Rasulullah bertanya kepada saya, ‘Apa yang akan dilakukan temanmu tadi malam wahai Abu Hurairah? Saya menjawab, bahwa dia telah mengajari sebuah doa yang bisa dapat mendatangkan manfaat bagi saya, maka kuklepaskan ia’. Beliau bertanya,’Doa apa itu? Saya menjawab, bahwa ia mengatakan kepada saya, ‘Jika kamu hendak berbaring (tidur) di atas pembaringanmu, bacalah ayat kursi secara lengkap Allahu la ilaha illa huwal hayyul qayyum, dia juga mengatakan bahwa Allah akan memelihara saya, dan setan tidak akan mendekati saya hingga pagi harinya – sedangkan para sahabat adalah orang-orang yang antusias untuk melakukan amal kebaikan.
Maka Nabi Muhammad bersabda,’Makhluk itu telah berkata benar kepadamu, padahal sebenarnya ia adalah si pendusta. Wahai Abu Hurairah, tahukah kamu siapa yang kamu ajak bicara tiga hari yang lalu? Saya menjawab,’tidak’. Beliau berkata ia adalah setan ( Jin kafir )
Al-Hafidzh Ibnu Hajar al-Asqalaniy mengatakan ; sedangkan dalam hadis Ubay bin Kaab yang diriwayatkan Imam Nasa’I berbunyi “ Ubay bin Ka’ab mempunyai baskom berisi kurma dan menjaganya ternyata ia mendapati kurmanya berkurang, tiba tiba muncullah sesosok mahluk yang menyerupai seorang remaja di atas kendaraan maka Ubay bertanya kepadanya apakah kamu dari bangsa Jin atau dari bangsa Manusia? Dia menjawab dari bangsa jin.
Di akhir hadis ini Jin berkata kepada Ubay, kami mendengar bahwa kamu senang bersedekah dan kami sangat suka kalau kami mendapatkan makananmu. Ubay bertanya, apa yang dapat menjaga kami dari kalian? Dia berkata “Ayat Kursi ini”. Kejadian ini dilaporkan kepada Rasulullah, maka ia bersabda Pendusta ( Setan ) itu berkata benar.
Al-Hafidzh Ibnu Hajar menjadikan hadis Abu Said al-Khudri sebelumnya sebagai dalil bahwa setan dapat menampakkan diri dengan mengubah wujudnya, sehingga dapat dilihat. Pada kesempatan yang lain beliau mengatakan bahwa di dalam kitab “ Manaqibusy Syafi’i” Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya ,dari Rabi’, dia berkata; “ Saya mendengar Imam Syafi’I mengatakan, Barangsiapa yang mengaku bisa melihat jin ( dalam bentuk aslinya ), kami anggap persaksiannya tidak diterima lagi, kecuali kalau dia seorang nabi.”
Ibnu Hajar berkomentar, “ Hal ini berlaku bagi orang yang mengaku melihat mereka ( Bangsa jin )dalam bentuk aslinya. Sedangkan orang yang mengaku melihat salah satu dari mereka setelah berubah wujud menjadi hewan, hal ini tidaklah tercela. Sebab banyak sekali khabar yang menyatakan perubahan ragam bentuk mereka.”
Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa “ Anjing hitam adalah setan jenis anjing. Jin seringkali mengubah dirinya menjadi anjing hitam. Ada juga yang menjadi kucing hitam. Sebab warna hitam lebih bisa menghimpun kekuatan-kekuatan setan dibandingkan dengan warna yang lain, didalamnya juga bisa menyimpan daya panas.

III.PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari penelusuran yang kita lakukan pada teks hadis tentang potensi(Keunggulan) dan keterbatasan jin yang yang dikaji saat ini, maka dapt di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelusuran ketersambungan sanad, dan kerdibilitas intelektual para periwayat dalam jalur sanad yang diteliti sesuai dengan standar penelitian kesahihan sanad hadis, maka dapat disimpulkan bahwa sanad hadis tentang jin yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dapat dinyatakan sahih..
2. Berdasarkan hasil penelitian atas matan hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Baihaqi sesuai dengan standar penelitian kesahihan matan hadis yang telah ditetapkan oleh para kritikus hadis, maka matan hadis tentang jin yang diriwayatkan oleh imam al-Baihaqi dinyatakan sahih.
3. Kata Jinnun ( al-Jinnu ) berarti tersembunyi. Menurut Ibnu Duraid , kata al-Jinnu merupakan sesuatu yang tersembunyi dari manusia. Jika dikatakan jannahu al-lail waajannahu wajunna ‘alaihi wa ghathaahu, artinya sama yaitu malam yang gelap dan misteri bagi manusia. Setiap sesuatu yang tersembunyi dari pengetahuanmu disebut junna anka. Dari kata ini pula dinamakan al-Jinnu wal- Jannah. Kata al-Jinnu sama dengan al-Jaannu. Sedang al-Hinnu merupakan jenis dari Jin.
4. Mahluk Jin termasuk perkara gaib yang harus harus diyakini eksistensinya. Tidak dapat di lihat bukan berarti tidak ada, karena Indera kita sangat terbatas untuk menangkap relitas yang hanya bergerak pada dimensi gelombang cahaya. Dengan memperhitungkan aspek jiwanya, jin menempati eksistensinya, kehidupannya, dan kesadaran dirinya dari ruh absolut. Dengan mempertimbangkan pada kesempurnaan yang ia miliki dalam kesadaran, ia adalah wujud yang hadir di samping manusia di keseluruhan alam ini.
5. Berdasarkan pada prilaku struktural mereka,mereka juga memiliki potensi-potensi yang cukup canggih dan beberapa diantara mereka bahkan lebih superior dibandingkan dengan manusia dalam hal tingkat kesadaran mereka. Namun demikian telah diketahui secara pasti bahwa seorang manusia yang superior adalah jauh lebih superior dari mahluk jin yang paling superior sekalipun.
6. Sebagaimana manusia, bangsa Jin juga bertempat tinggal, makan dan minum. Biasanya bangsa jin lebih memilih tempat tinggal pada tempat-tempat yang tidak dihuni oleh manusia, seperti padang pasir ( Gunung dan Goa ). Ada juga yang tinggal di tong sampah, dan tempat pembuangan kotoran, dan di antaranya juga ada yang tinggal bersama manusia bahkan menempati tubuh manusia dan berpindah pindah di dalam tubuh itu melalui aliran darah.
7. Makanan utama bangsa jin adalah tulang dan kotoran hewan.
8. Bangsa Jin dapat mencitrakan dirinya pada suatu bentuk/ rupa yang dikehendakinya dengan izin Allah, seperti manusia, ular, anjing dan lain-lain.
B.Implikasi
Dari kajian kajian ini diharapkan lahir implikasi positif sebagai berikut :
• Pemahaman yang lebih memadai tentang mahluk jin dan karakteristiknya.
• Sikap yang lebih kritis terhadap teks- teks keagamaan
• Pemahaman yang lebih dalam tentang metodologi kritik hadis.
• Upaya yang lebih sungguh sungguh mengkaji al-Qur”an dan hadis.
• Meningkatnya kewaspadaan kita terhadap propaganda dan jebakan jin.







DAFTAR PUSTAKA

Al-Qura’an al-Karim

Yunus, H.Mahmud.Prof,Kamus Arab-Indonesia, Jakarta : Yayasan penyelenggara penterjemah / pentafsiran al-Qur’an,1973.

Al-Tahhan,Mahmud, Ushul al-Takrij wa Dirasat al-Asanid,Halb: Matba’at al-Arabiyah, 1398 H/1979 M

Ismail,M.Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis Cet.II , Jakarta : Bulan Bintang, 1992.
A.J. Wensinck, Concordance et Indices de la Tradition Musulmane, dialihbahasakan oleh Muhammad Fu’ad Abdul baqi dengan judul Mu’jam al-Mufahras lialfadz al-Hadis Nabawiy, Juz I Leiden : E.J.brill, 1969 .

CD.Digital Al-Maktabah Al-Syamilah.

Hulusi, Ahmed,UFO: Ruh,Manusia, atau jin? Pendekatan Agama dan Saintifik atas jin dan fenomena Alien. Cet.II, Surabaya : PT Bina Ilmu, 2007.

Abdussalam Bali,Wahid, Ruqyah; Cara Islami mengatasi kesurupan, Cet.I, Aqwam : Solo, 2006

Imam al-Suyuti, Luqthul Marjan fi ahkaamil-jaan, diterjemahkan oleh Suhardi, Kathur dengan judul, Alam Jin, Cet.IV. PT.Darul Falah : Jakarta, 2007

Ismail ,M.Syuhudi, Kaedah Keshahihan Sanad Hadis,Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah, Cet.II ; Jakarta : PT.Bulan Bintang, 1995
Ismal, M.Syhudi, Cara praktis mencari hadis, Cet.I; Jakarta PT.Bulan Bintang, 1993.
Ibnu Katsir,Tafsir Ibnu Katsir.
Ibnu Taimiyah, Risalatul Jin, t.t