Transendent
MIRZA GHULAM AHMAD
by: Akmal Abdullah

Pendahuluan
Mirza Ghulam Ahmad adalah sebuah kontroversi dikalangan ummat Islam karena ajaran-ajarannya yang dianggap menyimpan dari agama ini. Pengakuannya sebagai nabi sering disalah artikan oleh sebagian ummat Islam sebagai penodaan atas eksistensi kenabiaan Muhammad. Jika ditelaah secara mendalam sesungguhnya pengakuan Mirza atas dirinya sebagai nabi bermakna filosofis. Ia menempatkan bayangan nabi jatuh terhadapnya sebagai simbol penerus risalah kenabian atas situasi ummat yang menghendaki seorang tokoh menegak amar makruf nahi mungkar di tengah ummat. Adapun pengakuan atas wahyu yang didapatkannya, adalah sebuah defenisi umum dimana semuah orang berpotensi untuk mendapatkannya. Wahyu bermakna general dan bersumber dari dalam melalui intuisi manusia maupun dari luar diri manusia, seperti yang didapatkan oleh para nabi baik dalam bentuk kitab maupun dalam bentuk lain.
Konteroversi Mirza Ghulam Ahmad, telah menemukan sebuah pola baru, bukan hanya polemik normatif seputar pemikiran tetapi telah membengkak mejadi perseteruan dengan nuansa politik di dalamnya. Situasi ini kian rumit dan perdebatan diseputar Ahmadiah kian kompleks. Oleh karena itu tulisan ini, akan menampilkan beberapa hal penting yang dianggap cukup sebagai pengantar seminar kelas tentang Ahmadiayah (Mirza Ghulam Ahmad).
Sub bahasan sebagai berikut :
1. Biografi (Kelahiran, Pendidikan dan Pergulatannya)
2. Konteks sosial yang meligkupinya
3. Kontroversi Pemikiran
B. PEMBAHASAN
1. Biografi (Kelahiran Pendidikan Dan Pergulatannya)
Ghulam Ahmad lahir saat subuh, pada hari jumat, tanggal 13 februari 1835/14 Syawal 1250 H. di Qadian. Qadian adalah nama sebuah desa yang terletak di Distrik Gurdasfur Punjab, India. Ayahnya bernama Mirza Ghulam Murthada (w. 1876). Ibunya bernama Chiraag Bibi dan nama kakeknya adalah Mirza Atha Muhammad bin Mirza Gul Muhammad. Kakeknya adalah keturunan Haji Barlas, yang berasal dari suku Mongol. Ghulam Ahmad memiliki dua istri dengan 12 anak.
Ghulam Ahmad tidak banyak mendapatkan pendidikan formal semasa hidupnya. Dia lebih banyak mendapatkan pendidikan lewat cara non formal yang dimulai dari rumahnya saat dia berusia 6-7 tahun. Dia mendapatkan pelajaran dasar-dasar bahasa Arab sejak umur 10 tahun hingga usia 17 tahun dari seorang yang bernama fazal Ahmad dan Gul Ali Syah.
Setelah Ghulam berusia 29 tahun, dia sempat bekerja pada kontor pemerintahan Inggris. Setelah empat tahun bekerja ia lalu pulang ke kampungnya dan kembali banyak belajar agama dan melakukan nyepi dari pada mengejar kehidupan duniawi. Ia pernah menjalani kehidupan aksetis dengan berpuasa selama 6 bulan berturut-turut.
Puncak dari kehidupannya di mulai pada tahun 1880, ketika ia menerbitkan sebuah buku yang sangat monumental dengan judul Bara>hin Ahmadiyah yang isinya berisi ketinggian agama Islam dibanding dengan agama Nasrani, Hindu, Arya Samaj dan agama-agama lainnya. Sehubungan dengan terbitnya buku tersebut, maka Ghulam Ahmad lalu terkenal dan disambut dengan duka cita oleh ummat Islam, karena tulisannya telah mengangkat derajat agama ini. Dalam isi buku tersebut dia, telah menyiratkan dirinya sebagai mujaddid pada masanya. Maka pada tahun 1883 banyak orang yang ingin berbaiat terhadapnya dan menyatakan kesetiannya untuk menjadi muridnya. Tetapi hal tersebut ditolak oleh hulam karena ia merasa belaum mendapatkan ilham dari Allah untuk menerima baiat tersebut.
Selanjutnya pada tahun 1888 M ia lalu mengaku telah mendapatkan ilham dari Allah untuk melakukan baiat terhadap muridnya. Baiat pertama terjadi pada tanggal 23 Maret 1889 M di rumah Mia Ahmad Jan Ludhiana, India. Jumlah yang melakukan baiat pada saat itu sebanyak 40 orang. Pada hari inilah peletakan batu pertama organisasi Aljamaat Alislamiyah Alahmadiyah.
Selanjutnya ia menulis banyak buku hingga mencapai sekitar 80 judul buku. Selain buku-buku tersebut dia juga banyak menerbitkan tulisan-tulisannya pada beberapa media massa.
2. Konteks Sosial
Beberapa tahun sebelum kelahiran Ghulam Ahmad, kerajaan Mughal yang menguasai India sedang berada di ujung kehancuran. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama melemahnya pemerintahan karena dekadensi moral penguasa dan pola hidup mewah yang melanda para pejabat pemerintahan. Kedua, gerakan separatisme kaum Hindu dan Sikh di India. Ketiga adanya campur tangan koloni Inggris yang datang ke India sejak abad 15 M.
Situasi keagamaan akibat kondisi tersebut, ditandai dengan gencarnya misi-misi Kristen di seluruh dunia. Khusunya ketika Britis And Foreign Bible Soceity terbentuk dan ditetapkannya abad agung penginjilan dunia. Anak benua India merupakan sebuah sasaran penting dalam misi ini. Jutaan orang masuk kristen dengan gerakan missionaris Kristen ini.
Demikian juga dengan gerakan kelompok Hindu yang muncul sebagai gerakan militan dan progresif khususnya kelompok Arya Samaj yang berkembang pesat di Punjab. Dan situasi ummat Islam sendiri yang sangat memprihantinkan baik dari segi ientelektual maupun segi ekonomi.
Demikinlah konteks sosial yang melatar belakangi kelahiran Ghulam Ahmad yang kelak akan mempengaruhi perjalanan spiritual dan intelektualnya.
3. Kontroversi Pemikirannya.
1. Kenabian dan Wahyu
Mirza mengakui diriya sebagai nabi umat dan nabi zilli. Untuk menjelaskan masalah ini, kedudukan arti dari pengakuan tersebut, sebaiknya dilihat dari pendekkatan epistemologi. Dalam Islam dikenal ada tiga metode untuk menemukan kebenaran. Bayani, burhani dan irfani. Ketiga model epistemologi ini dapat saja diterangkan untuk memahami posisi kenabian Mirza. Seperti yang di ungkapkannya bahwa “ dia telah diturunkan atas pribadi Isa dan Muhammad dengan menyandang warnanya”. Pribadi Isa maupun Muhammad yang mewarnai pribadinya, adalah beban yang di embannya untuk menyampaikan apa yang telah disampaiakan oleh keduanya. Terutama misi Alquran yang dalam kenabian Muhammad telah dianggap sempurna. Dalam konteks bayani klaim-klaim yang mengedepankan teks alquran sebagai sumber pokok berarti merumuskan sebuah kebenaran sebagaimana apa yang telah di lakukan oleh Muhammad. Dan Mirza melakukan hal yang sama yaitu menjadikan Alquran sebagai sumber-sumber pokok. Posisi Mirza dalam hal ini tidak lebih dari sebuah bayangan Muhammad atau nabi Zilli, dengan mandat keummatan, menjadi mujaddid (nabi ummat).
Kenabian Mirza, tidaklah dalam posisi eksistensialisme. Dia bukanlah nabi wujud seperti wujudnya kenabian Muhammad. Dia juga bukan wujud Isa ataupun Almahdi dalam pengertian totalitas. Mirza hanyalah “emanasi” dari keduanya tetapi dalam pegertian wujud yang tergradasi. Dalam konteks illuminasi Suhwawardi, Mirza berada dalam posisi nurul karib, mendekati nurul anwar, sehingga di mungkinkan baginya mendapat pencahayaan langsung dan mampu mendapat kebenaran secara kasyf, isyarqi. Konsep demikian pada dasarnya ada dalam tradisi filsafat Islam. Esensi kenabian dapat saja dicapai oleh siapa saja yang melalui jalan-jalan menuju Tuhan. Mirza hanyalah salah satu yang mampu sampai pada taraf tersebut.
Hal ini berhubungan dengan wahyu. Epistemologi irfani dapat saja dipakai untuk menjelaskan bahwa setiap manusia dapat memperoleh wahyu. Wahyu sendiri bisa bersasal dari luar diri manusia dan juga bisa berasal dari dalam diri manusia. Mirza sendiri nampaknya mendapatkan kebenaran lewat cara penyingkapan atau illmunasi. Model wahyu demikian bersember dalam diri manusia melalui intuisi yang telah dilatih sedemikain rupa dengan laku atau maqam tertentu. Sesungguhnya kemampuan intuisi manusia adalah hal yang paling tinggi dan mampu menjangkau sisi paling dalam visi kebenaran.
C. KESIMPULAN DAN SEBUAH IMPLIKASI
1. Kesimpulan
• Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddin di masanya
• Dia bukanlah nabi eksistensialis, seperti Isa maupun Muhammad
• Dia hanyalah sebagai bayangan yang dilimpahi warna keduanya
• Benar ungkapan dirinya bahwa dia adalah ‘nabi ummat atau zilli
• Adapun wahyu yang diterimanya adalah benar, dalam pengertian irfani. Illuminasi, hkuduri.
2. Implikasi
• Kesimpulan diatas beriplikasi terhadap kontroversi Mirza Ghulam Ahmad dan dapat jadi pengakuan kenabian Mirza di terima secara filosofis.
• Jamaah Ahmadiyah adalah bagian dari jamaah Islam dan tidak pantas perlakuan tindakan kekerasan terhadapnya
• Dapat jadi dikalangan pengikut Ahmadiyah ada kesalahan persepsi terhadap kenabian dan wahyu Mirza Ghulam Ahmad, sehingga diperlukan juga dakwah dalam internal kelompok ini.

Ahmadiyah Qadiyani (Mirza Ghulam Ahmad 1889)
Ahmadiyah Lahore (Muhammad Ali 1951)
Praktek peribadatan ahmadiyah?
javascript:void(0)
0 Responses

Post a Comment